Sabtu, 19 Maret 2011

Puisi untuk IBU

Puisi untuk IBU

 on Sun Mar 15, 2009 7:52 pm

Ibu...
adalah wanita yang telah melahirkanku
merawatku
membesarkanku
mendidikku
hingga diriku telah dewasa

Ibu...
adalah wanita yang selalu siaga tatkala aku dalam buaian
tatkala kaki-kakiku belum kuat untuk berdiri
tatkala perutku terasa lapar dan haus
tatkala kuterbangun di waktu pagi, siang dan malam

Ibu...
adalah wanita yang penuh perhatian
bila aku sakit
bila aku terjatuh
bila aku menangis
bila aku kesepian

Ibu...
telah kupandang wajahmu diwaktu tidur
terdapat sinar yang penuh dengan keridhoan
terdapat sinar yang penuh dengan kesabaran
terdapat sinar yang penuh dengan kasih dan sayang
terdapat sinar kelelahan karena aku

Aku yang selalu merepotkanmu
aku yang selalu menyita perhatianmu
aku yang telah menghabiskan air susumu
aku yang selalu menyusahkanmu hingga muncul tangismu

Ibu...
engkau menangis karena aku
engkau sedih karena aku
engkau menderita karena aku
engkau kurus karena aku
engkau korbankan segalanya untuk aku

Ibu...
jasamu tiada terbalas
jasamu tiada terbeli
jasamu tiada akhir
jasamu tiada tara
jasamu terlukis indah di dalam surga

Ibu...
hanya do'a yang bisa kupersembahkan untukmu
karena jasamu
tiada terbalas

Hanya tangisku sebagai saksi
atas rasa cintaku padamu

Ibu..., I LOVE YOU SO MUCH
juga kepada Ayah...!!!
sumber : google
Kembali Ke Atas Go down

puisi rindu

Rindu Buat Kekasih
Pagi itu diam …….
Ketika Pucuk pucuk cemara terpaku bisu
Membawa jiwaku mengembara…
Hingga menembus batas lamunku
Di sini ……..
Masih Aku simpan setangkup rindu untukmu
Di sudut hati, dimana keresahan membias sendu
Hingga lelah hati temani sepiku..
Entah….
Masih sanggupkah tangan ini melukis langit
Dan menggambar garis garis pucat wajahmu
Diantara Rindu … yang hempaskan aku.
Atau biarkan saja angin menghapus Jejakmu
Mungkin..
Aku Akan terus menanti
Hingga Kau Kembali …… di sini…. !

sumber : google

kangen

Post on Sat Aug 08, 2009 3:33 pm
kangen

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
kau tak akan mengerti segala lukaku
kerna luka telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi
itulah berarti
aku tungku tanpa api... (WS. rendra)

burung merak... kritis dengan anggunnya...
yiipp... i love this of his poems the most... what about you?
 
sumber : google

Arti Persahabatan

Sabtu, 08 Desember 2007

CERPEN SEDIH(Arti Persahabatan)

Misha sinkap kembali tabir ingatannya. Sharon. Manis nama itu, semanis orangnya. Dialah kawan karib Misha yang selalu diingatannya. Sudah enam tahun mereka mengenali antara satu sama lain. Kegembiraan dan keperitan hidup di alam remaja mereka melalui bersama. Tetapi semua itu hanya tinggal kenangan sahaja. Misha kehilangan seorang sahabat yang tidak ada kalang-gantinya.

Peristiwa itu berlaku dua tahun yang lalu. Sewaktu itu mereka sedang berada di kantin sekolah. Misha sedang marahkan Sharon kerana mengambil pena kesukaannya tanpa izinya dan menghilangkannya.

Apabila Misha bertanya, dia hanya berkata yang dia akan menggantikannya. Misha tidak mahu dia menggantikannya. Kerana pena yang hilangtu berlainan dengan pena yang akan diganti oleh Sharon. Pena yang hilang itu adalah hadiah daripada Sharon sewaktu mereka pertama kali menjadi sepasang kawan karib.

"Aku tak mahu kau menggantikannya! Pena yang hilangtu berharga bagiku! Misha memarahi Sharon." " Selagi kau tak jumpa penatu, selagi itulah aku tak akan bercakap dengan kau!" Marahnya Misha pada Sharon. Meja kantintu di hentaknya dengan kuat hingga terkejut Sharon. Misha yang mukanya memang kemerah-merahan, bila marah bertambahlah merahlah mukanya. Sharon dengan keadaan sedih dan terkejut hanya berdiamkan diri lalu beredar dari situ. Misha tahu Sharon berasa sedih mendengar kata-katanya itu. Misha tidak berniat hendak melukainya tetapi waktu itu dia terlalu marah dan tanpa dia sedari, mutiara jernih membasahi pipinya.

"Sudah beberapa hari Sharon tidak datang ke sekolah. Aku merasa risau. Adakah dia sakit? Apa yang terjadi" Berkata-kata Misha seorang diri. Benak fikirannya diganggu oleh seribu satu pertanyaan "EH! Aku nak pergi kerumahnyalah" Berbisik Misha di hatinya. Tetapi niatnya berhenti di situ. Dia merasa segan. Tiba-tiba talipon dirumah Misha berbunyi "Ring,riiiiiiiing,riiiiiiiiing,riiiiiiiing"Ibu Misha yang menjawab panggilan itu."Misha, oh, Misha "Teriak ibunya. "Cepat, salin baju. Kita pergi rumah Sharon ada sesuatu berlaku. Kakaknya Sharon talipon suruh kita pergi rumahnya sekarang jugak" Suara ibu Misha tergesa-gesa menyuruh anak daranya cepat bersiap. Tiba-tiba jantung Misha bergerak laju. Tak pernah dia merasa begitu. Dia rasa tak sedap. Ini mesti ada sesuatu buruk yg berlaku. "Ya Allah, kau tenteramkanlah hatiku. Apapun yang berlaku aku tahu ini semua ujianmu. Ku mohon jauhilah segala perkara yang tak baik berlaku. kau selamatkanlah sahabatku." Berdoa Misha pada Allah sepanjang perjalanannya ke rumah Sharon.


Apabila tiba di sana, rumahnya dipenuhi dengan sanak -saudaranya. Misha terus menuju ke ibu Sharon dan bersalaman dengan ibunya dan bertanya apa sebenarnya yang telah berlaku. Ibunya dengan nada sedih memberitahu Misha yang Sharon dilanggar lori sewaktu menyeberang jalan berdekatan dengan sekolahnya." Dia memang tidak sihat tapi dia berdegil nak ke sekolah. Katanya nak jumpa engkau. Tapi hajatnya tak sampai. Sampai di saat dia menghembuskan nafasnya, kakaknya yang ada disisinya ternampak sampul surat masa ada dia gengam ditangannya" terisak-isak suara ibu Sharon menceritakan pada Misha sambil menghulurkan surat yang Sharon beriya-iya sangat ingin memberikannya pada sahabatnya.

Didalam sampul surat itu terdapat pena kesukaanku. Disitu juga terdapat notadaripadnya.


MISHA SHARMIN,
AKU MINTA MAAAF KERANA MEMBUAT KAU MARAH KERANA TELAH MENGHILANGKAN PENA KESUKAANMU. SELEPAS ENGKAU MEMARAHI AKU, AKU PULANG DARI SEKOLAH SEWAKTU HUJAN LEBAT KERANA INGIN MENCARI PENAMU.DI RUMAH AKU TAK JUMPA.TAPI AKU TAK PUTUS ASA DAN CUBA MENGINGATINYA DAN AKU TERINGAT, PENATU ADA DI MEJA SCIENCE LAB . ITUPUN AGAK LAMBAT AKU INGIN KESEKOLAH KERANA BADANKU TAK SIHAT TAPI DENGAN BANTUAN SITI DIA TOLONG CARIKAN. PENATU SITI JUMPA DIBAWAH MEJAMU. TERIMA KASIH KERANA TELAH MENGHARGAI PEMBERIANKU DAN PERSAHABATAN YANG TERJALIN SELAMA SETAHUN. TERIMA KASIH SEKALI LAGI KERANA SELAMA INI MENGAJARKU TENTENG ERTI PERSAHABATAN.

SHARON OSMAN.

Kolam mata Misha dipenuhi mutiara jernih yang akhirnya jatuh berlinangan dengan derasnya.Kalau boleh ingin dia meraung sekuat hatinya. Ingin dia memeluk tubuh Sharon dan memohon maaf padanya tapi apakan daya semuanya dah terlambat. Mayat Sharon masih di hospital. Tiba-tiba dentuman guruh mengejutkan Misha daripada lamunan. Barulah dia sedar bahawa dia hanya mengenangkan kisah silam. Persahabatan mereka lebih berharga daripada pena itu. Misha benar-benar menyesal dengan perbuatannya. Dia berjanji tak akan membenarkan peristiwa ini berulang kembali. Semenjak itu Misha rajin bersolat dan selesai solat dia akan membaca al quran dan berdoa dan bersedekahkan ayat-ayat al quran kepada sahabatnya. Dengan cara ini sahajalah yang dapat Misha balas balik jasanya Sharon dan mengeratkan persahabatanya. Semoga dengan kalam Allah Sharon akan bahagia di alam baza.



sumber : google

Persahabatan



Seorang yang bernama reza merasa hidupnya sudah merasa lengkap, reza berkata aku punya ayah yang baik padaku dan ibu selalu sayang padaku,bahkan aku berasal dari keluarga yang kaya dan akupun pandai dalam pelajaran apapun ,ia pun merasa puas dan bahagia , reza mpuyai sahabat sejati yang brnama aris.

Pada hari minggu aris mengajak ku untuk pergi bermain pada suatu taman rekreasi ,kami bersenang-senang disana ,secara tidak sengaja aku melihat ad sepasang kekasih yang bersama-sama sedang menghabiskan waktu berdua tanpa sadar aku memandang sepasang kekasih itu dengan  dengan pandangan cemburu ,kini aku baru sadar bahwa hidupku belum lengkapkarna aku belum mempuyai seorang kekasih sambil melamun dengan memegang ice cream di tangan ku secara tidak sengaja aku menabarak seseorang yang sedang memegang anjing di tangannyan secara tidak langsung aku lari karna aku takut dengan anjing ,anjing itupun ikut mengejar  aku lari sekuat tenaga ,untungnya ada aris yang membantuku untukku apa jadinya bila aris tak ada bisa-bisa aku jadi makan siangnya .Tak terasa matahari sudah tak terlihat sinarnya lagi ,aku dan aris pulang kerumah kami masing-masing.

Sesampainya dirumah kini aku masih membayangkan sepasang kekasih yang berada ditaman rekreasi tadi yang begitu mersa , waktu terus bertambah  takterasa sudah lewat tengah tenah malam akupun ingin mempuyai keinginan untuk mempuyai seorang kekasih .ku bertekat walau ku harus berkorban untuk mendapatkannya ,apapun hambatannya kan kucari walau kepelosok untuk mendapatkannya malam kian larut akupun tertidur pulas dengan berharap ada seorang perempuan mau untuk menjadi kekasihku.

Malam senin berganti dengan senin pagi jampun membangunkan ku itu saatnya ku mandi dan berganti pakaian sekolah .aku peri kesekolah bersama aris .sesampainyan kami disekolah bel sekolah telah berbunyi itu waktunya untuk upacara hari senin  pada saat aku ikut melaksanakan upacara hari senin ,hingga hamper telah selesai ,ada seorang perempuan baris didekatku ,berparas cantik menawan,berambut panjang ,berkulit halus , tetapi ada yang aneh dengannya mukanya pucat ,mataya sayu ,seperti orang yang tidak ber tenaga .tak lama kemudian perempuan itu pingsan dan tidak sengaja aku menangkap tubuhnya yang akan jatuh ,dan saat ku menagkap tubuhnya sesuatu yang aneh terjadi kepadaku jantungku berdetak dengan keras ,drahku seperti mengalir dengan deras hingga kekepalaku hingga mukaku merah .aku berkata dalam hati “ perasaan apa ini mengapa ku jadi aneh kayak gini ,apa yang terjadi dengan ku ,apakah ini rasanya jatuh cinya takmungkinaku jatuh cinta padanyan “ tapi tak dapat ku pungkiri aku memang jatuh cinta padanya.


Walau hanya satu menit ku pegang tubuh nya seakan ia telah menjadi milikku perempuan itupun di bawa ke ruang uks dengan segera. Setelah beberapa lama perempuan itu tersadar dari pingsannya dan saat istirahat sekolah ,perempuan itu menghampiri ku dengan rasa malu-malu sambil mengucapkan terima kasih tadi sudah menahan kujatuh aku berkata sama-sama perempuan itu mengulurkan tangannya untuk ber kenalan denganku dia berkata tasya sambil menjabat tangan ku ,aku reza.

Sebagai tanda terima kasih telah menolongku ,aku ingin jalan-jalan dan kamu harus ikut kanra kamu sudah menolong ku tadi bagaimana reza apa kau mau ikut ,ya  ya ya okelah nanti pulang sekolah aku tunggu kamu didepan gerbang sekolah ,oke tasya , sampaiketemu lagi reza.

Aku kembali kekelas dengan bahagia ,aku duduk dengan sahabat ku aris sambil membayangkan wajah tasya yang cantik . tanpa sadar aris memandang wajahku lalu berkata ada apa dengan sahabatku ,mukamu seperti orag yang mendapatkan undian yang sangat banyak .tidak aku hanya sedang senang saja hari ini dengan wajah yang gembira ,aris berkata kepadaku aku senang bila sahabat ku pun senang
Jarum jam pun berputar dengan sangat cepat bel pulang pun ber bunyi ,akupun menunggu didepan gerbang sekolah aku melihat tasya dengan rambut tergerai ,wah benar-benar cantik dilihat dari mana pun tetap saja cantik.


Tasya kita mau kemana aku tasya berkata aku mau kamu yang menentukannya  boleh kan yasudah aku mau mengajak mu ketempat yang meyenangkan ,tapi sebelum kita pergi ketempat itu aku mau ngajak kamu makan biar kamu nanti tidak pingsan  oke hehehehe kamu mau makan apa tasya tasya menjawab aku lagi mau makan  baso nih ,yasudah aku tau tempat warung baso di dekat sini

Sesampainya kami di Depan warung baso kami masuk dan duduk  ,pelayan pun menhampiri kami dan menawarkan mau makan apa? Aku bertanya tas kamu mau makan apa , eee aku mau makan baso telor ja ,minumnya ,es the manis ja za ,reza berkata kpada pelayan mas baso telor dua es teh manisnya dua.

Selagi kami menunggu pesanan kami ,aku mengobrol-obrol dengan tasya .tidak lama kemudian pelayan dating dengan membawakan pesanan kami ,setelah memakan semangkuk baso dan segelas the manis perut kamipun telah terisi ,kami pun melanjutkan perjalanan pergi ke sebuah taman rekreasi disana kami naik permainan yang sangat mengasikan aku melihat wajah tasya yang begitu cantik saat ia sedang tertawa sambil menatap wajahnya.

Pencipta Cerpen : Ruli Harwanto
Sekolah : SMA 115

Artikel Asli Dari Persahabatan | Cerpen
Di www.siswatkj.co.cc
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial

sumber : google

Isi Hati


     Fri, 17 Dec 2010


By: Yohana
Surabaya Jawa Timur

“ Hana, udah tau belum ? “ Gisela tiba – tiba menanyaiku.

“ tau apa ? “

“ si Orgi sama Jessy bener – bener udah putus ! “

“ Apa ?? “ aku kaget dan terdiam untuk sesaat. Putus ???, aku susah mempercayainya.

Memang bnar, mereka sering menjadi “ tontonan gratis “ tiap kali mereka beradu mulut. Itu bukan lagi hal baru bagiku. Tapi, putus ?? kenapa ??. Bukannya mereka saling menyayangi ? aku ndak ngerti apa yang mereka pikirin…..

isi hati

“ Hana !! sst !! Hana !! “, Nila memanggilku pelan karena pak doni memperhatikanku.

Aku terbangun dari lamunanku. Duh…. Mereka yang putus, kok aku yang bingung??.

Tapi, tunggu… Benarkah mereka putus ?? 100% ?. Hal beginian sering terdengar olehku. Tapi toh akhirnya balikan lagi…. agh !! masa bodoh mikirin masalah mereka.

KRIIIIIING……KRIIIIIING……… Akhirnya bel pulang sekolah berdering. Entah mengapa rasanya hari ini, waktu berjalan cepat.

Oh !! itu…. Jessy, sedang duduk – dukuk di lobby depan sekolah. Dan Orgi ?? pulang sendiri ?? kok…..??, aku harus memastikan kebenarannya.

“ lhoo, Jessy ! kok nggak pulang bareng Orgi ? “ aku mendatanginya dan menyapanya seperti biasa. Jessy yang cuek menjawab, “ ndak lah ! toh aku udah putus sama temenmu itu ! “. Aku tidak kaget melihat sikapnya yang cuek, juga tak heran dengan ucapannya yang pedas. Karena, memang begitulah dia.

Yang aku herankan adalah Orgi. Bukankah dia sangat menyayangi Jessy ?? Bahkan, tiapkali mereka adu mulut, slalu Orgi yang minta maaf duluan. Ada apa sama Orgi ??.

Yang aku tahu sekarang, mereka bener – bener udah putus. Bahkan di sekolahpun, mereka enggan bertegur sapa.

Sesampainya di rumah, aku segera berbaring di atas ranjang. Selama perjalananku hingga sampai di rumah, yang aku pikirkan adalah perasaan Orgi. Orgi pasti sedih banget.

“ aku harus memastikan keadaannya ! “ batinku.

Akupun segera bangun dan meraih hapeku. Belum sempat aku mengetikkan sms, ada sms masuk,

“ Na, ntar sabtu ada waktu ??

Anak – anak mau ke SMP.

Kamu ikut gak ? “

Sms dari Orgi !! Sepertinya dia baik – baik saja…. Aku segera membalas smsnya,

“ aku gak pasti bisa ikut, Gi !

ntik ya, tak hubungin lagi. “

message send.

“ Oh ! yaudah ! Jangan lupa kabarin ya ! “, balasnya.

“ Oke…. “

Tak bisa kupungkiri, aku mengawatirkan dirinya… aku pun menambahkan isi smsku,

“ Oke…

Orgi … kamu gak kenapa – kenapa toh ? “

message send.

“ kenapa – kenapa apa ?

gak kenapa – kenapa kok.

Emang kenapa, Na ?? “

Sepertinya, Orgi tak paham maksud smsku. Aku jadi sungkan untuk menanyainya lebih lanjut.

“ Oh, ndak apa – apa kok, Gi…. “

Sms kita berhenti sampai di sini. Aku masih mengkwatirkan perasaannya. Tapi apa yag bisa kuperbuat ? selain menunggu Orgi yang cerita duluan.

Sebenernya, aku dan Orgi adalah teman sejak SMP. Dia adalah sosok teman yang menyenangkan. Bahkan sebegitu menyenangkannya hingga suatu hari, jantungku berdebar kencang ketika melihatnya. Perasaan suka muncul tiba – tiba, aku pun tak mampu memungkirinya. Perasaan itu aku simpan di dalam hatiku rapat – rapat. Tak seorangpun yang tahu isi hatiku. Memang ada kelebihan yang sangat baik untuk ku, aku bisa lebih dekat sama dia tanpa rasa canggung. Aku senang dapat melihatnya setiap hari di sekolah. Hari – hari ku menjadi berwarna karna kehadirannya. Tak jarang, jantungku berdegup kencang setiap kali aku memperhatikannya

Aku menyukainya. Aku lebih senang lagi ketika aku tahu, aku akan satu sekolah lagi dengannya di SMA ini. Aku senang sekali bisa bertemu lagi dengannya.

Namun, perasaanku itu harus ku hilangkan ketika Orgi menyatakan cintanya pada teman sekelasku di kelas X, Jessy. Mereka sangat serasi, Jessy juga berwajah cantik. Aku senang Orgi bisa mendapatkan cewek yang dia dambakan. Walaupun, hatiku terasa perih menerima keadaan itu. Sejak saat itu juga, aku mulai melepaskan perasaanku terhadap Orgi, karena aku tahu, dia tak akan mungkin menjadi milikku. Namun, hingga kini, aku masih dapat merasakan kesenangan ketika bertemu dengannya di sekolah.

Keesokan harinya di sekolah, aku menceritakan hal itu pada temanku, Nila.

“ menurutku, Hana perlu menghiburnya. “

“ gimana caranya ? “

“ Hana udah coba sms dia ? “

“ udah, tp aku gak tanya soal ini, “

“ nyapa kalau ketemu ? “

“ jarang…..”

“ Hana……

Nila tahu Hana sayang sama Orgi, bener kan ? “

“ aku….”

“ udah. Jangan dipungkiri. Hana perlu memberikan semangat !

Nila liat, Orgi lesu dan lemah lho akhir – akhir ini. “

“…..”

“ Hana nggak mau kan, Orgi kenapa – kenapa ?

wajar kok, Hna Tanya kabarnya. Toh ! Kalian kan temen SMP !

lagipula, Orgi gak akan cuek kalau Hana Tanya baik – baik, yak an ? “

“ ya, juga……”

“ nah, coba deh ! Hana sms dia…”

“ oke deh… “ jawabku lemas.

Aku tak berharap banyak. Ya !! aku kan temannya, sebagai teman, aku harus menolongnya dan tetap memberinya semangat. Aku pun memberanikan diri menyapanya ketika bertemu Orgi di lorong sekolah.

“ Hai, Gi !! “ aku menyapanya dan memberikan senyum yang agak kaku.

Oh !! Orgi membalas senyumku !! walaupun hanya senyuman kecil, namun aku tahu, dia masih baik – baik saja.

“ Hana ! “ ketika aku sudah melewatinya, Orgi menghentikan langkahku.

“ ya ? “ aku menoleh. Oh !! Orgi masih tersenyum !!

“ kenapa, Gi ?? ada yang nempel ya , di wajahku ? “

“ emang !! habis makan donat ya ? “

“ kok tau ?!! “

“ cemoot tuh !! Hahahahaha “ Orgi terbahak – bahak.

Ya, ampun malunya….

Aku segera mengelap mulutku dan beranjak sambil menutup mulutku dengan tangan. Aku pamit sama Orgi.

“ Gi ! aku ke kelas duluan yaa ! “

Sebenernya, aku tak langsung ke kelas, aku langsung menuju toilet.

“ Duh……malu banget !! kenapa pas udah penuh keberanian nyapa Orgi, eh ! malah kecemotan donat. Huuh……

Tapi… di piker – piker, hasilnya berlipat lo !! Orgi mau balas sapaan ku, bahkan tertawa terbahak – bahak di hadapanku. Happy deh !!^ - ^

Aku segera menceritakannya pada Nila. Nila pun ikut terbahak – bahak mendengar ceritaku.

“ Hana, Hana….. kamu lucu deh !

Tapi hana kamu mending minum dulu deh.. “

“ minum ? apa hubungannya ? “

“ cemotnya emang udah hilang ! tapi, tuh !! pada cantol di gigi coklatnya ! hahahahaha…..”

Nila bener – bener keterlaluan ! Dia bahkan terbahak – bahak sampai ngeluarin air mata.

“ Duuh !! malunya !! batinku.

“ gimana ntar kalau ketemu Orgi ?! “

Donat kantin sekolah benar – benar malaikatku !! Orgi tak hanya membalas sapaanku, Dia bahkan meng – sms aku !! kaget banget deh !!

Padahal, ketika dia masih jalan sama Jessy, Dia tersenyum padaku pun tak bisa. Dia takut Jessy marah. Ya ampun, demi Jessy sampai sebegitunya !!.

“ Hana… gak makan donat lagi ? hahaha ! “ Orgi menjahiliku.

Entah kenapa, aku merasa senang walau dia menjahiliku.

“ Aduh ! Gi ! jangan diingatin lagi, aku malu ! ”

“udah kumur – kumur belum tuh !!

Kan tadi pada nyantol di gigi ? hahahahah….”

“ ya ampun ! Gi, cukup deh ! aku bener – bener malu..

Lain kali aku bakal sikat gigi dulu sebelum ketemu kamu. “

“ hahaha… gak apa- apa kok! Santai aja… manis kok ! “

“ oh.. oh… ada yang ketinggalan ! manis dengan gigi hitammu yang baru!

Hahahahahah…..”

Aku tersenyum bahagia membaca kata – kata Orgi. Heeeee…. Heeeeee

Keesokan paginya, Sabtu…

Aku pergi ke SMP untuk bertemu guru, teman – teman dan, pastinya Orgi juga !!.

“ Hana ! “

Orgi menyapaku ketika bertemu di depan gerbang SMP. Waw !! kemajuan pesat lo !! Orgi kembali ceria dengan senyum cerah di wajahnya. Dia bahkan menyapaku duluan !

isi hati

“ kemarin, makasih ya ! “ kata Orgi sambil berlalu.

Aku menoleh padanya, dan berjalan mengikutinya di belakangnya.

“ makasih apa, Gi ?? “

“ ya makasih aja…. DONAT !! “

“ DONAT ?? apaan ?? “

“ pangilan baru buat kamu, hahahahah “ Orgi lari.

“ heiii…” aku pun mengejarnya.

Kami berdua kejar – kejaran di lapangan sekolah. Aku senang keadaan ini, walau tak untuk selamanya, setidaknya aku menjadi teman yang baik untuk Orgi.

“ Orgi, aku senang punya teman sepertimu. “

aku memberanikan diri menyatakan isi hatiku.

“ aku juga…”

Orgi membalasku, sambil tersenyum.

Ternyata memang benar, hati kita akan merasa damai saat kita menyatakan isi hati kita, Jangan takut akan resiko yang akan kita dapat setelahnya.

Nah !! mulai kini, jangan lagi memendam perasaan terlalu lama. Nyatakanlah agar orang di sekitarmu, bisa tahu isi hatimu !!.
 
sumber : google

Maafkan Aku Sahabatku


     Fri, 21 Jan 2011


By: Melati
Karyawati PT.Sinergy Komunikasi Indonesia
Bekasi
Jawa Barat

Sore hari yang cerah rupanya menandakan sebuah kebahagiaan, aku adalah orang asing di daerah ini, hampir 3 bulan aku disini belum juga menemukan teman curhat yang aku cari-cari......
Dandanan rapi aku sore itu membuat aku semakin percaya diri, berjalan menuju tempat ngetem angkot...

Maafkan Aku Sahabatku

Ya, angkot menjadi tempat awal kita bertemu, dengan enaknya kita berkenalan dan merasa seperti sudah lama  kenal karena kita banyak kesamaan, dari satu daerah dengan suku yang sama terlebih lagi kita seumuran dengan tujuan tempat yang sama di sore itu,...
ya Tuhan semoga ini menjadi pertanda baik bagiku....

Saat itu juga ku akhiri hari-hari kesendirianku dengan selalu bersama denganmu.  membuat berbagai komitmen baru, seolah-olah ada hidup baru....Sangat indah aku rasakan terlebih tante, om dan keluargaku yang lainnnya respek sama kamu. Aku tak merasakan hal yang aneh sama sekali meski di luar pengetahuan aku kamu sering mendapat pemberian lebih dari mereka. Aku maklum sama kamu dengan posisi kamu saat ini yang tak punya kesibukan apa-apa sementara kamu melihat aku sibuk dengan kuliah aku...

Sebagai sesama wanita kita sering bersama dan diperlakukan di keluargaku dengan perlakuan sama, aku tak merasakan kecemburuan sama sekali, menjaili orang bersama, kadang-kadang bohong bersama, saling curhat dll
dan siapa itu????
     
Wow... Ternyata kakak kamu diam-diam memperhatikan  aku, jiwa muda saat itu membuat segalanya berubah, kamu yang sudah terbiasa sebagai pemilik tunggal  kasih sayang kakak kakak  kamu tak rela jika harus terbagi dengan aku, setelah setahun ini semua yang telah kita buat indah selama ini perlahan-lahan menjadi sangat dan amat teramat buruk, aku putuskan tuk menjauh dari kakak kamu....

Setengah tahun aku lalui denganmu tak beraturan lagi, kadang jengkel, kadang benci, kadang marah dll. Tapi satu hal yang membuat aku kagum sama kamu, aku ga nyangka kamu bisa seperti ini, kamu yang sudah terbiasa dengan kehidupan instant dan serba ada ternyata bisa hidup mandiri, selama bersamaku aku berusaha membantumu dengan mengenalkanmu pada teman-temanku dan mencari lowongan pekerjaan meski itu agak sulit karena kamu hanya lulusan SMA.......Bahkan tak jarang jika aku harus berbohong dengan mengatakan bahwa kamu adalah seorang mahasiswi.
      
Berjuang melewati semuanya, rasa sakit sangat aku rasakan, apa yang terjadi pada kita berdua tersebar kemana-mana dan aku selalu menjadi orang yang salah dalam setiap perkara kita dan kejadian-kejadian ini menjadikan aku kehilangan rasa percaya diri.
      
Ini adalah masa aku di semester 6, meraih gelar strata 1 dengan waktu 3,5 tahun adalah impian aku, dan Yes aku berhasil.....Tapi rasa marah dan benci kamu terhadap akulah yang membuat aku semakin semangat di kuliahku, sering dimarahi, sering merasa tidak percaya diri, streess semua aku lewati.... Hingga harus berkorban perasaan cinta.

Maafkan Aku Sahabatku

Dan apa boleh buat, semakin aku mulai berhasil hingga saat ini aku bekerja semakin kamu menjauh dari aku, dan saat ini justru aku telah menjalin sebuah hubungan yang dekat dengan kakak kamu, maafkan aku sahabatku
Tapi aku tak bisa menahan rasa ini.......
 
sumber : google

Pengorbanan


     Wed, 02 Feb 2011


By: Yohana
Surabaya
Jawa Timur

Tiga tahun telah berlalu, masa indah di SMP harus segera kutinggalkan, karna aku harus memulai masa baru di SMA. Meninggalkan para sahabatku yang kusayang, termasuk didalamnya ada Alvin, seseorang yang telah membuatku terus memikirkannya dan sulit untuk melupakannya. Cowok berkaca mata minus dengan penampilan sederhananya, mungkin itu  yang membuatku tertarik. Tiga tahun bersama menjalin pertemanan membuat timbul perasaan yang lain dari hanya sebatas teman. Hari-hariku terasa indah bersamanya, kenangan yang akan sulit untuk aku lupakan. Rasaku ini tidak akan pernah tersampaikan, karna aku nggak mau persahabatan yang telah lama terjalin hancur hanya karna ada perasaan cinta di dalamnya.

Pengorbanan

Pagi yang cerah datang, dan aku telah siap untuk ke sekolah. Aku berangkat bersama sahabatku, Lena. Dalam perjalanan aku terus teringat Alvin . Ditengah perjalanan aku melihat sesuatu yang membuat aku kaget. Alvin kecelakaan, spontan aku dan Lena menuju tempat Alvin terjatuh.

“Vin, kamu nggak apa-apa?” (tanyaku panik). “Aku nggak apa-apa kok.” Jawaban yang sedikit membuat aku tenang. Aku dan Lena membantu Alvin mencari tempat untuk duduk, dengan dibantu oleh orang-orang disekitar tempat itu. Aku membantu Alvin membersihkan lukanya. Saat itu aku bahagia banget, karna aku bisa melakukan sesuatu untuk orang yang aku sayang.

Tiba-tiba Aida muncul dan mendorongku sampai aku jatuh. Aida adalah cewek yang udah lama suka sama Alvin, tapi Alvin tidak memberi respon. “Ngapain kamu disini?, awas Alvin nggak butuh kamu!”. Ucapan kasar Aida itu membuatku sedih dan aku sadar kalau aku bukan siapa-siapanya Alvin. Aku memandang Alvin yang melihatku diam. Lena membantuku berdiri dan mengajakku pergi. Aku hanya menuruti ajakan sahabatku itu. Sebelum aku beranjak pergi, aku berpamitan pada Alvin, “Vin, aku berangkat dulu”. Alvin hanya tersenyum sembari Aida mengalihkan perhaatian Alvin.

Semenjak kejadian itu aku jadi sering diam tanpa alasan. Aku udah jarang banget ngomong sama Alvin. Jujur hal ini membuat aku sedih dan aku semakin sulit untuk melupakan Alvin. Dengan keberanian yang besar aku memutuskan untuk kembali seperti dulu. Aku ingin membuat kenangan indah bersama teman, sahabat dan juga Alvin ditahun terakhir ini. Aku dan Alvin semakin dekat, tak terasa ujian kelulusan sudah dekat dan saat untuk perpisahan akan segera datang.

Hari pelaksanaan ujian kelulusan telah tiba. Aku saat itu satu ruangan dengan Alvin. Perasaan senang bercampur rasa tegang menghadapi ujian. Aku berusaha mengerjakan soal ujian dengan baik, sesekali perhatianku kea rah Alvin yang sedang serius mengerjakan soal. Aku membayangkan, apakah saat-saat bersama ini bisa terulang? “semoga”(ucapku dalam hati).

Tiga hari telah aku lalui, setengah perasaan lega aku rasakan karna setengah lagi tinggal menunggu pengumuman kelulusan.

Saat pengumuman tiba, dan sekarang aku bisa bernafas dengan lega, karna aku dinyatakan lulus dan juga sahabatku, dan seluruh teman2 dinyatatakan lulus semua. Ini adalah suatu kebahagiaan yang tak terukur.

Aku berharap bisa satu SMA lagi bareng sahabat-sahabat aku, termasuk Alvin didalamnya.  Ternyata harapanku tak semuanya terjadi. Aku masuk SMA Kasih Bunda, dan yang aku tau, sahabat - sahabatku tidak ada yang masuk SMA ini. Tapi mau dikata apa, biarlah semua terjadi yang penting masih bisa komunikasi. Saat pertama kali masuk sekolah, aku berharap bisa punya teman yang baik seperti di SMP dulu. Disekolah ini aku akan memulai hal baru dan nggak ada lagi Alvin dihari-hariku. Aku bersyukur karna ternyata disini aku bisa mendapatkan teman-teman yang baik dan aku semakin yakin kalau aku bisa enjoy disini. “Selamat Datang Masa SMA”.

Tiba-tiba aku dikagetkan oleh seorang cowok yang mirip banget dengan Alvin. Aku berusaha mendekatinya, dan ternyata benar itu Alvin. Aku saat itu bener-bener nggak nyangka  kalau bisa satu sekolah lagi dengan Alvin.

“Vin, kamu sekolah disini juga?”. “iya.” jawab Alvin sembari tersenyum.

Hari ini hari terbahagia buat aku. Aku seneng bisa satu sekolah lagi sama Alvin, meski sudah tidak satu kelas lagi. Aku merasa kebahagiaan yang lengkap hari ini. Aku dan Alvin masih sering ngbrol, kalau lagi ga sempat paling cuma saling sapa aja. Tapi semua nggak berlangsung lama, hingga suatu saat muncul tembok penghalang dalam pertemanan kami berdua.

Suatu pagi dikelas, suara riuh teman-teman sedang membicarakan Alvin. Mereka bilang Alvin pacaran dengan Irma. Irma adalah teman sekelasku. Dia memang cantik dan pintar. Pantas saja kalau Alvin jatuh cinta padanya. Aku sangat sedih mendengarnya, aku takut hubungan pertemanan kami akan segera berakhir.

“selamat ya Vin, kamu udah punya pacar” kata-kata terakhir yang aku ucapkan padanya. Sekarang waktu Alvin hanya untuk Irma, bahkan sekedar menyapaku saja sudah tak sempat lagi. Aku nggak marah sama Alvin, aku tau dia pasti punya alasan untuk bersikap seperti itu. Mungkin dia takut sama pacarnya.

Hari-hari ku jalani seperti biasa dengan teman-teman, aku masih tetap bisa tersenyum, meski rasa sakit masih sedikit tertinggal. Aku sering melihat sikap kasar Irma ke Alvin. Sedih rasanya, tapi aku nggak bisa ikut campur masalah mereka. Alvin tetap saja sabar diperlakukan seperti itu, mungkin karna Alvin cinta mati pada Irma.

Andai Alvin tahu perasaanku padanya, yang telah aku pendam sejak SMP, aku sangat menyayanginya dan tak akan menyakitinya seperti yang telah dilakukan Irma. Tapi itu semua tak akan mungkin terjadi, aku harus bisa berkorban untuk orang yang aku sayang, meski itu menyakitkan buatku.

Karna cinta sejati adalah saat kita rela melakukan sesuatu untuk orang yang kita sayang. Aku hanya bisa berdoa agar hubungan mereka berjalan dengan lancar dan bahagia.

Pengorbanan

Pengorbanan

Pertama ku mengenalmu

Aku hanya menganggapmu sahabat

Hingga rasa cinta tumbuh dalam hatiku

Tapi aku takut ungkapkan padamu

Sekarang kau telah memilih dia

Kau putuskan tali pertemanan kita

Hanya karena dirinya

Aku rela melepaskan dirimu

Demi melihat kau bahagia

Dengan dia pilihan hatimu

Rasa ini akan kubawa sendiri

Sampai akhir waktuku

Tanpa kau harus tau’

Bahwa aku mencintaimu
 
sumber : google

Setelah Cinta Itu Pergi


     Fri, 11 Feb 2011


By: Wilma Endah Utami
Pelajar SMPN 1 Tembilahan
Tembilahan
Riau



“Pagi yang cerah.” ucapku dalam hati sambil melangkahkan kaki ke depan rumah untuk memakai sepatu. Seperti biasa aku sudah siap berangkat ke sekolah dengan pakaian seragamku. Pagi itu aku juga udah sibuk smsan dengan pacarku seorang adik kelas satu tahun dibawahku, yah..biasa brondong. Dari pagi sampai pelajaran terakhir di sekolah selesai semua tampak biasa saja.

Aku mengaktifkan handphone dan tak lama kemudian muncul sms dari pacarku, isi smsnya adalah konfirmasi atas berakhirnya hubungan antara aku dan dia. Aku heran, aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, apa salahku? hingga ku tanyakan padanya dan dia menjawab “Kakak tu uda selingkuh, aku bukan tak tau gimana sikap kakak di belakangku! kakak semalam jalan sama mantan kakak kan? aku tau semuanya.”

Dia tampak sangat marah, kesal dan sepertinya sangat benci kepadaku, semua terlihat dengan caranya melemparkan pertanyaan dan tuduhannya kepadaku. Aku kecewa sekali padanya karena dia telah menuduhku, akhirnya hubunganku dan dia berakhir sampai disini.

Semua anak-anak keluar dari kelas. “Capek aku heh! kita ke mana lagi? langsung pulang kan?” tanyaku pada sahabat karibku Dinda “Iya, Ma. Pulang ni aku jemput kau jam tiga, kita latihan drama.” “Latihan lagi? capek.” keluhku pada Dinda yang hanya tersenyum.

“Ada sms! loh kok dari Dinda?” tanyaku dalam hati “Aku tak bisa jemput, kita tak usah aja latihan ya? motor dipakai papa aku.” aku membaca sms Dinda dalam hati. Oh my god, gimana ni? mana aku udah siap, nunggu papa pulang dari kantor aja deh. “Sebentar lagi aku yang jemput kau, aku lagi nunggu papa datang.” sms Dinda itupun aku balas.

Tak lama kemudian papa datang dan aku pergi menjemput Dinda. Sesampainya aku dan Dinda di rumah Muti ternyata anak-anak drama yang lain belum ngumpul, terpaksa kami harus menunggu lagi. Satu per satu dari mereka mulai berdatangan sampai satu orang dari anggota kami tidak hadir. “Aku ngantuk, lagian lapar juga woi! badmood aku nah! kita tak jadi aja latihan ya?” ucap Dinda “Bagus tu, dari tadi kek bilang gitu.” sambung Doni yang benar-benar seperti tidak berniat untuk latihan drama sore ini. “Yes, alhamdulillah, wasyukurillah.” ucap yang lain.

Lagi-lagi ide gila Dinda itu disetujui teman-teman lain. Setelah semua pulang dari rumah Muti, kami bertiga pergi menjemput Irma untuk mengajaknya makan. Sesampainya di kafe langganan kami berempat, kami duduk dan bergosipan.

“Woi, keknya William mutuskan aku karena dia lagi dekat sama mantannya, dan aku tebak mantannya itu Putri anak 10.9.” ucapku memulai pembicaraan “Hah? dari mana kau tau kalau dia lagi dekat sama Putri?” sambung Irma “Semalam dia main kerumah aku dan cerita banyak tentang Putri tu” jelasku dengan nada sedih “Sabar ya, Ma! kan belum ada bukti yang kuat untuk menuduhkan itu sama mereka.” kata Irma menenangkan ku.

Pesanan pun tlah datang, kami menyantap makanan yang telah dihidangkan. Setelah selesai makan, kami berempat berniat untuk jalan-jalan, kami kelilingi kota dengan motor, sampai di depan kantor bupati tak sengaja ku lihat William sedang jalan dengan mantannya yang bernama Putri yang kami ceritakan waktu di kafe tadi. “Woi,William jalan sama Putri!” teriak ku “Kejari woi!” Dinda ikut histeris, Muti dan Irma pun ikut antusias dalam mengejari mereka, tapi sayangnya William dan Putri sudah pisah jalan.

“Udah aku bilang,mereka udah clbk lagi, aku sms William lah ya?” tanyaku pada Dinda “Sms lah, bilang dah clbk ni yee.” saran Dinda kepadaku. Aku smsan sama dia dan ternyata dia emang udah clbk sama Putri itu. “Sakit hati aku lihat orang tu heh! William ni nyakitin aku sedang-sedang kek ini tidak!” protes ku, Dinda hanya berdiam dan tak bisa menanggapi aku yang sedang terlarut dalam luapan emosi yang sebenarnya entah emosi atau karena rasa cemburu yang membara.



Setelah mengantarkan Dinda, aku sampai di rumah hampir jam tujuh. Malam itu aku di ceramahi habis-habisan oleh papa, ya ampun panas kali telinga aku dengar omelan papa yang kalau diurutkan pasti bisa sepanjang jalan kenangan. “Akhirnya omelan papa selesai.” ucapku dalam hati ketika papa mengehentikan ocehannya, kini aku sedang baring melepaskan semua beban ku di kasur.

Tak lama kemudian handphone ku bergetar menandakan ada sebuah sms masuk, segera ku raih handphone itu dan membaca sms yang masuk “Malam kak, lagi ngapa?” isi sms itu ternyata dari William “Iyo dek, lagi baring ni, kenapa dek?” ku balas sms itu dengan cepat dan singkat dan aku pun jadi smsan dengannya.

Dari smsnya aja aku udah bisa melihat perubahan yang terjadi padanya, dia menjadi sok kegantengan dan merasa dia telah menjadi pemenang atas kejadian tadi sore, dia terlihat angkuh dan tak seperti biasanya. Malam berlalu begitu saja, kini mataku pun sudah mulai mengantuk dan aku pun tertidur.

Pagi kembali hadir mengawali hariku. “Aku jomblo,haha.” tawaku pada diri sendiri ketika ku lihat diriku di cermin yang kelihatan kusut dan sangat putus asa.Pagi ini aku ke sekolah bersama Dinda, apa pun yang ku lakukan selalu bersamanya, karena sekarang aku sudah tidak punya pacar lagi jadi dia lebih sering menemaniku.

Waktu terasa berlalu begitu cepat, kini les bahasa Jepang telah usai, aku dan Dinda memutuskan untuk duduk di kantin. Ketika lewat di depan labor kimia, ternyata William ada di sana dan dia sedang praktek, aku melihatnya dengan sinis, rasanya ingin aku telan saja dia karena terlalu geramnya aku. “Kau smsan sama Randi ya, Ma?” tanya Dinda kepadaku yang dari tadi hanya memutar-mutar gelas “Hah? iya aku smsan sama dia, kenapa?” ucapku berbalik nanya pada Dinda

“Aku pulang sama Kai, kau minta jemput sama dia aja ya?” pinta Dinda kepadaku “Oh iyalah kalau gitu, aku telpon aja dia ya, soalnya dia lagi latihan buat nembuskan lagu Killing Me Inside - Torment untuk festival bulan depan.” ucapku lagi. Dinda hanya mengangguk. Aku mengambil CorbyTXTku dari dalam tas dan segera ku telpon Randi. “Lamanya Randi datang, bisa sampai bejamuran ni kita nungguin dia.” keluh Dinda “Sabar ngapa Din, dia lagi latihan paling bentar lagi dia datang.” ujarku lembut

“Iya, suruh dia cepetan dikit! capek ni aku dimarahin Kai disuruh cepat jemput dia.” lagi-lagi Dinda ngomel. “Ni barusan dia sms, katanya tunggu di depan bee!” hiburku “Nah, dari tadi kek, kan enak.” ketusnya. Tak lama kemudian Randi muncul di depanku.

Ketika aku mau mendekati Randi, tiba-tiba William muncul dan melihat aku sedang berjalan ke arah Randi, setelah aku naik di atas motor Fu merahnya Randi, aku memeluk Randi di depan William, dia hanya diam terpaku menatap aku dan Randi berlalu dengan cepat meninggalkan sekolah. Malam tiba, aku latihan band bersama Randi dan dia menjemputku di depan rumah.

“Aku pergi dulu ya, ma.” pamitku pada mama yang mengantarkanku sampai di depan pintu. Sesampainya di studio milik Roma, kami langsung latihan dan aku mencoba untuk berkolaborasi dengan Edo sang screamo di band kami. Latihan telah usai, malam serasa berlalu begitu saja dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 20.10 wib, aku dan Randi memutuskan untuk berkeliling kota.

“Dek” “Iya kak” “Adek mau jadi pacar kakak?” tanyanya padaku Aku diam sesaat. “Adek mau kak” jawabku pelan “Makasih ya dek, kakak janji takkan nyakiti adek” ucapnya padaku. Aku menerimanya karna aku sudah tau isi hatinya, dia telah menantiku selama 69 hari dan aku menerima cintanya karena ku tahu dia sangat tulus mencintaiku. Tak lama kemudian aku diantar pulang olehnya. Satu bulan telah berlalu, hari ini tepat hari valentine.

Aku dan Randi menuju kafe, di sana ia telah menyediakan kado valentine untukku, dia telah merancang kafe itu khusus untukku. “Ini untuk aku yang?” tanyaku karena terkesan melihat rancangan kafe itu yang terlihat sangat elegan.



“Iya sayang, ini semua karena kamu, aku sayang kamu yang.” ucapnya sambil mengecup keningku mesra. Kemudian ia memberiku Silver Queen Chunky Bar dan sebuah kotak kecil yang berisi sebuah boneka panda imut berwarna cokelat muda dan sebuah cincin mas putih berukuran pas di jari manisku.

“Makasih ya sayang, aku tak tau harus membalas apa? yang jelas aku sangat mencintaimu, jangan pernah berhenti mencintaiku sayang!” ucapku yakin padanya. “Akan ku lakukan apapun untukmu yang, aku mencintaimu bahkan sangat mencintaimu” ucapnya meyakinkan ku. Malam itu berlalu dengan penuh kesan untukku .

“Ya Allah, semoga Randi yang terakhir untukku dan semoga ia takkan menyakitiku. Makasih atas semua ini ya Allah. Kau membuat ku bahagia setelah aku kecewa dan berputus asa.” ucapku dalam hati.

sumber : google

Kasih Yang Tak Sampai ( Karma )


     Mon, 07 Feb 2011


By: Starlife
Pelajar SMA Negeri 1 Balaraja
Tangerang
Banten

Mungkin, ini kasih yang tak sampai(Karma)...

Mr. F..

Aku tak tau, mengapa aku masih mencintaimu...

Dari kerling matamu aku masih merasakan keteduhan perasaan cinta ini..

Andai...kamu memberikanku cinta itu dan menganggapku kekasih, mungkin itu akan beda lagi. Aku akan menjaga cinta itu sampai kapan pun.

Maafkan aku bila ku pernah sakiti mu..Sejak..ku bertemu dengannya...pagi itu. Sebuah cinta, dan akhirnya menjadi seorang kekasih... Kekasih yang akhirnya sakiti ku, tak pedulikan aku.

Sebuah pertemuan karena...

'Gue mau ngenalin loe sama temen gue, cowok. Mau nggak?', ujar Rina suatu hari kepadaku.

'Siapa?Baik nggak?', Jawabku.

'Baik, tenang aja lagi...orangnya nggak macem-macem kok'

'Emang dia temen loe?',tanyaku lagi.

'Iya bawel, tapi sebenernya sih dia mantan gue..'

'Hah?Mantan?Kok gitu...?Ga mau lah kalo mantan loe'

'HUH, tenang aja nce, gue dah nggak punya perasaan apa-apa lagi sama dia',yakin Rina padaku.

'Iya dah..terserah loe...'

Singkat cerita.. akhirnya aku bertemu dengannya. 2 September aku masih ingat itu. Pertemuan yang bagiku indah, tapi menyakitkan karena ku harus lukai mu.Lukai perasaan mu. Kau yang sudah ku cinta, melihat pertemuan ku dengannya.

Kasih yang tak sampai

Aku melihatmu berjalan memasuki ruang sekolah, dan aku terpana. Tuhan, apa yang ku lakukan, melukai perasaannya?Hah, andai!Andai aku bisa berteriak dia hanya temanku! Tapi untuk apa?Aku bukan siapa-siapa dia!!

Mr.F...Maafkan aku.

Akhirnya aku menjalin kasih dengannya, seseorang yang belum masuk sepenuhnya di hatiku. Aku melukaimu.Dan...

Hari demi hari, aku lalui hanya menjadi sahabatmu dan aku menjalin kasih dengannya. Hingga suatu hari jalinan cintaku terputus. Dia tak pernah hubungi ku lagi, aku pasrah. Mungkin ini karma pikir ku. Aku sms dia menyatakan putus, dan itu menjadi tanda 'aku bukan siapa-siapa dia lagi'.

Dan kini, yang lebih menyakitkan. Dirintik hujan aku menunggu angkutan umum yang lewat saat aku hendak pulang ke rumah. Aku menatapmu sampai kamu menghilang. Dan tahukah kamu, betapa sakitnya perasaan ku, saat ku dengar kau sudah punya kekasih,Mr F! Dan hatiku sakit bukan kepalang!!


sumber : google

Times Promise


     Fri, 11 Mar 2011


By: Kresna Debrito Putra
Pelajar SMAN 1 Karawang
Karawang
Jawa Barat

(Dezurito)

Dia berpelukan. Tangan kanannya sibuk merangkul pinggang wanita dengan erat. Wanita itu kini membalas pelukan pria. Tak kalah erat. Bagian depan tubuh mereka kini tengah beradu. Saling tekan satu sama lain.

migration bird

Kehangatan itu mengalahkan dinginnya udara. Tumpukan benda putih di sekeliling mereka tengah meng-cover seluruh warna-warna indah. Tapi ini setting yang pas, untuk momen seperti ini. Burung yang ber-migrasi melambai kearah mereka. Tapi mereka terbenam, di lautan kebahagiaan dalam kehangatan yang nyaman.

Kepala mereka kini terangkat dari kesunyian. Mata mereka bertemu. Ada suatu atmosfer aneh, yang membuat wajah mereka semakin mendekat. Engahan nafas satu sama lain terasa. Debarnya cukup kuat, untuk meletuskan gunung merapi dalam otak mereka. Otak yang penuh gunung gejolak nafsu. Wajah keduanya memerah. Mata mereka kini memberat, menutup, tapi wajah mereka tetap tertarik satu sama lain. Bibir mereka hangat, bertemu, dan membiarkan diri mereka menikmati saat-saat itu.

Brak!

“Kennnnyyyyy!” semua bayangan tadi hilang. Buku melesat, meluncur menuju dinding olive-green pucat. Kenny, tersentak. Tubuhnya terjungkal dari kursinya. Dia jatuh, bersatu dengan kamarnya yang hancur, bersama undershort, jeans, kaos 347, berbagai merchandise, DVD film, buku-buku mulai dari novel, komik, intisari rumus-rumus dan....buku ‘1002 sms Error se-Jawa Barat’ -yang kini berada tepat di bawah kakinya-.

Buku yang baru ia baca, sudah berada di tangan sang Monster Kelamin nomor 1 seantero Karang Pawitan. Dibaca, dan dibuang seketika. Tak tahu kenapa, Kenny memandang ngeri buku yang baru dibelinya dengan sisa uang saku setengah tahun, merasa buku itu menangis. Menjerit-jerit. Histeris. Memang gila, pikirnya. Namun siapa sangka, buku itu mengeluarkan setitik air mata buku yang tak akan pernah bisa dilihat semua makhluk, termasuk buku itu sendiri walau buku itu bukan makhluk.

“Kampret, Lu!” Kenny tak kalah dalam hal membentak membabi buta. Duk!  Secepat percepatan gravitasi, buku sudah menempel, merebahkan tubuhnya yang keras di wajah Kenny. Alhasil, wajah merah mantap.

“Sopan dikit napa? Abang lu, nih!” sengitnya, menunjuk dirinya sendiri. Wajahnya sedikit lebih garang dari Kenny, dan lebih tampan tentunya. Struktur badannya proporsional, berotot pula, namun tetap saja. Dia orang gila.

Tak sabar menunggu hingga bedug subuh, dia langsung menggapai kaki Kenny, menyeret Kenny hingga ruang makan. Sinting. Kenny mengaduh-aduh, meronta-ronta, berteriak histeris, tapi saat sepertiga perjalanan menuju ruang tamu, Kenny terpaksa surrender.

Kenny kini bebas seutuhnya. Kakinya tak lagi dicengkeram monster itu. Saat ia berusaha bangkit, dia melihat sebuah tangan menjulur. Seperti peminta-minta. Tapi dia cantik. Bukan meminta-minta, dia hanya ingin membantu Kenny untuk bangkit.

Fabulous! Momen yang sangat tidak pas. Diseret monster dan disaksikan mahluk cantik dari planet venus itu. Wajah Kenny merah mantap. Bukan sakit, tapi malu menjadi sebuah obyek pertunjukan sirkus tingkat gila. Perfect!

“Lama enggak ketemu, Ken.” Buka perempuan itu dengan senyum mengembang. Cantik, dan manis.  Kulitnya putih pribumi asli. Rambutnya dilihat-lihat masih persis seperti dulu, rambut Britney style. Badannya ramping sempurna untuk seusianya, dan sedikit tinggi. hampir menyamai Kenny. Mungkin karena dia memakai high heels.

“Marie? Marie Santiago?” tanya Kenny memastikan, dan tak bisa menutupi rasa kagetnya. Mulutnya setengah terbuka. Perempuan itu mengangguk. Benar. Dia adalah Marie Santiago. Teman, sekaligus pengisi hatinya saat masa putih merah. Tapi akhirnya dia dapat merubah air mukanya, kembali seperti yang biasa ia tunjukan saat ia di rumah, terkecuali pada ibunya. Sedikit angkuh, dengan tatapan datar.

“Kenapa?” Marie merasakan ada perubahan raut di wajah Kenny.

“Ga apa-apa. Kapan kamu ke sini?” Kenny berbasa-basi dengan acuh tak acuh, mencoba menghargai kehadiran Marie. Ada perbedaan pemakaian kata untuk perempuan dan laki-laki dalam kamus Kenny. Setolol apapun, seangkuh, sekasar apapun, Kenny tetap menghargai perempuan. Tapi dia memang tolol, dalam artian tertentu.

“Kemarin sore. Aku ke sini mau main aja. Udah lama ga liat kamu.  Kamu tambah...keren.”senyum meledek menempel di mukanya yang cantik. Sudah lama Kenny rindu wajah itu. Tapi, Mari bertambah cantik. Dulu dia biasa saja. Tapi, ya begitulah pikirnya.

“aku udah engga kayak dulu.” Timpal Kenny datar. Dia bergegas menuju kulkas. Tepat beberapa meter ke arah tenggara tempat ia berdiri. Kulkas itu besar, dengan dua pintu. Warnanya yang mewah membuatnya begitu menyatu dengan segala benda yang tertata rapi, dalam ruang makan yang didesain dengan nuansa  Italian Home.

Dia membuka pintu kulkas bagian bawah, dan merogoh sesuatu. Tak lama ia berbalik. Kini ia menggenggam Susu Ultra rasa Strawberry favorit Marie.

“Nih. Kamu haus ga? Kalo engga, aku balikin.”

“Makasih. Kamu ko inget aku suka minum ini?”

“Just my feeling.” Katanya datar. “Ayo, kalo mau duduk. Aku ga yakin kamu kuat berdiri lama-lama.” Seraya berjalan, Kenny tersenyum. Untung saja dia memunggungi Marie. Jadi Marie tak bisa melihat kebahagiaan Kenny. Kenny sangat senang. Sangat. Tapi monster membuat semuanya...kacau. Dia kini tengah berdiri kokoh, memegang segelas Susu Ultra Full Cream hambar di tangan kanannya. Ia teguk sedikit sebelumnya, dan kembali memandang dua bocah yang berjalan ke arahnya.

“Heh, bocah. Ngapain lu senyum-senyum sendiri. Sambil jalan lagi. Ooo, gua tau. Mentang-mentang mantan cewenya dateng.” Sindir monster. Dia tengah memantik api peperangan kedua pagi ini.

“Berisik lu, Shimonster.” Timpal Kenny pada kakaknya.

“Nama gua Shimon, Kenniak.” sengit kakaknya. Shimon. Itulah nama sang Monster Kelamin nomor 1 seantero Karang Pawitan.

“Oooh, Ketek. Lucu banget sih, Monster...ketawa ga ya...?” dengan gaya yang menghina. Dia tetap jalan. Lurus. Menuju kursi yang hanya berjarak kurang lebih 10 meter lagi. Marie tertawa kecil melihat kelakuan keduanya. Sudah lama Marie tak melihat aktivitas langka seperti ini sejak 7 tahun lalu.

Ruang keluarga. Di rumah ini ruang keluarga terasa nyaman. Walau tak ada perapian, ruang keluarga memancarkan aura hangat dan kenyamanan yang luar biasa. Mungkin karena arsitekturnya yang bernuansa yunani ini dapat memanjakan indera penglihatan. Salah satu pendukungnya lagi, yakni penataan furniture yang rapi dan tertata rapi mengikuti arsitekturnya.

Dengan satu pencetan tombol dari remote yang Kenny genggam, dentuman musik Bad Romance dari Lady Gaga menggetarkan seisi ruangan. Ruangan itu kini terlihat salah kostum. Saat berbalik badan dari arah pandangan menuju Sound System, dengan cepat dan lugas Marie mencuri remote itu dan menekan lagi tombol tadi, hingga lagu Rock Show-nya Lady Gaga menggantikan lagu sebelumnya, untuk menggemakan isi ruangan. Ia tekan lagi, Unfaithful milik Rihanna mengalun, membuat sisi ruangan aman dari dentuman not balok yang sedari tadi menabrak-nabrak, hingga semua furniture berjingkat aneh memudar. Namun nuansa musik itu begitu miris, kelabu akan cinta. Seperti yang kini langung Kenny rasakan.

“kenapa kamu kayak yang setengah acuh sama aku?” tanyanya sedikit miris. Marie yang bertanya. Kepada Kenny tentunya. Tak ada siapapun kecuali sepasang insan, yang telah lapuk dalam kurun waktu 7 tahun. Menyesali waktu, selama ribuan jam, jutaan detikan jarum jam, serta trilyunan bulir pasir.

“engga, cuma perasaan kamu aja  kali. Memang gini kan sifat aku?” bantahnya

“kamu masih benci ama aku?” kini lagu Unfaithful begitu menusuk-nusuk suasana. Semakin kelabu.

Kelebatan peristiwa-peristiwa yang sudah lama terkunci rapat, terbelenggu untuk tidak memberontak, memuntahkan diri keluar belenggu, kini terbebas juga. Perasaan sakit itu muncul lagi. Kenny kini lebih tersiksa, dari Marie, yang kini sudah memuntahkan setitik air matanya. Karena masa lalu. Semu itu karena masa lalu yang...tak bisa ia rubah. Tentang apa yang ia sesali, ia benci dan ia muak.

“kita masih SD waktu itu. Udah lupain aja. Toh, aku ga keberatan kamu sama dia. Sampe sekarang masih langgeng, kupikir.” Jawabnya, menahan segala luapan emosi. Emosinya sudah ia latih selama bertahun-tahun belakangan ini. Untuk bisa menahan kemarahan, untuk tidak meneteskan air mata, untuk tidak memperlihatkan emosi apapun. Pada semua orang, termasuk keluarganya. Juga sang Monster Kelamin nomor 1 seantero Karang Pawitan.

“aku...putus.” memecah keheningan, suara itu bergetar pelan, menyeruak dari balik bibir Marie yang mungil.

Lagu berganti. I Think I Love You, salah satu soundtrack drama Korea Full House kini mengalun. Menciptakan atmosfer baru di ruangan itu. Kenny tersentak. Tapi tak terlihat oleh siapapun, karena ia sangat pandai mengatur emosinya. Hatinya senang, hanya saja ia berfikir ini mungkin hanya sesaat. Tatapannya berubah sinis. Ia menatap tajam ke arah Marie. Memandangnya, memburu setiap kedipan yang terihat.

“lalu?” dengan ini, Kenny baru saja menembus dada Marie dengan sebuah kata tanya dengan nadanya yang mencemooh, begitu menyakitkan. “oooh, jadi kamu ke sini cuma mau ngasih tau aku, kalo kamu...putus?” penekanan pada kata putus makin membuat Marie hancur. Ditambah pandangan dan nada bicara Kenny yang semakin mencemoohnya,  Marie sangat kehilangan akal.

“kamu kira aku seneng dengan semua berita yang sangat baik ini? Kamu ngomong sama orang yang salah. Sangat salah!” Kenny telah selesai dan menutup rapat bibirnya, agar perkataan yang semakin fatal tidak menyeruak dari balik bibirnya itu.

Wajah cantik itu telah kusut. Wajah mulusnya berubah drastis. Merah padam, tergenang air mata pula. Matanya pun merah. Marie berbalik,  dan berusaha menyisakan sedikit tenaga untuk menggerakkan bibir.

“nanti...a-aku bakal...main lagi kesini. Bye...” getaran itu berdengung jelas di telinga Kenny. Terdengar jelas, walau musik RnB begitu kentara berdentum. Tapi, Kenny pun sadar, bahwa dirinya pun sama hancurnya.

Malam begitu sunyi. Ditambah hatinya yang hancur. Temannya hanyalah kamar dan isinya, serta Blackberry Curve yang setia menemaninya. Memandang setiap sudut ruangan, dan selewat menembus jendela. Di luar jendela, burung hantu beruhu-uhu. Tapi tetap tak menghiburnya yang masih menatap ke luar jendela. Bulan hanya terlihat separuh, sisanya mungkin ditelan langit, dan akan dimuntahkan seluruhnya saat tanggal muda tiba. Ia beralih meraih gitar akustik favoritnya. Mulai memetik dawai-dawainya, memulai untuk mengurangi rasa bersalahnya. Lagu yang pernah ia ciptakan untuk memenuhi tugas Kesenian. Dengan jendela yang terbuka, angin yang menyambutnya, dia membuat kata-kata yang sudah tersusun mengalun indah,  melompat-lompat keluar dari bibirnya.

Andai kau sebaik itu

Semua mungkin tak salah

kita bersama sekarang

Tanpa waktu yang ingkar janji

            Namun, waktu memanglah kejam

            Kita dicelahkan dan terbatas

            Hingga kita tak lagi harmoni

            Dalam simfoni kebahagiaan

Sungguh itu bukan maksudku

Lukai dan berikanmu hancur

Tapi aku mungkin lelah

Dengan waktu yang lupa diri

            Ku pikir kita mungkin bisa

            Tapi mungkin pula terlambat

            Biarkan waktu meminta maaf

            Dan buat kita kembali

Sekian lama emosinya terbendung, Kenny menyerah untuk kali ini. Wajahnya sedari tadi terus digenangi air matanya, yang telah turun dengan ganas. Ia menyanyi dengan getir, sebenarnya. Malam itu, malam senin. Besok waktunya memulai semester genap, sekaligus akhir masa putih abu-abunya. Tak apa malam ini dia menangis. Membiarkan waktu yang meronta, meminta maaf kepadanya.

BRAK! Pintu terbanting keras, itu tandanya Shimonster memenuhi tugasnya membangunkan Kenny. Nyawa Kenny yang masih melayang-layang ditinju oleh aura ganas Shimon. Shimon mendekat, sedikit tergesa-gesa menuju Kenny yang masih terbaring mengantuk. Mencoba menarik seluruh kelopak matanya, namun Kenny masih lemas, juga setengah sadar. Ada yang lain, kakaknya biasanya tak seperti ini dia bisa melihatnya walau pandangannya berbayang, menggandakan segala benda yang ada di ruangan itu. Wajah Shimon merah padam. Seperti marah telah dipeloroti celananya pada pesta piyama. Namun lebih garang.

“lu apain si Marie? Lu apain?” geramannya yang tajam, membuat Kenny mau tak mau menguatkan diri mengangkat badannya untuk bangun dari kasur yang nyaman.

“gua...” tak sempat ia bicara, Shimon langsung meremas kerah kaos 347 hijau tua favorit Kenny keras-keras. Mengangkat tubuh Kenny dengan tangan masih menempel pada kerah leher adiknya, untuk memberikannya sedikit pelajaran. Tapi niat itu di urungkan. Dilepaskan genggamannya, hingga tubuh Kenny bebas dan terjerembab di kasurnya lagi.

“Sorry, ga usah dipikirin. Lu ga akan bisa ngerti karena lu ga mungkin tau...” Shimon berbalik dan bergegas keluar ruangan. Mungkin kakaknya benar. Dia mungkin ga akan bisa ngerti. Dan ga akan tahu apapun. Tapi, Kenny tak peduli.

SMAN 1 Karawang. SMA Negeri RSBI pertama di Kota Karawang. Bangunan tak terlalu megah, namun kualitas siswa sangat megah. 

“Stop! Mana SIM kamu?” petugas keamanan ini memang sangat terlaten dalam menangani soal seperti ini. Siapa yang tidak membawa SIM dilarang keras parkir di wilayah SMA yang kerap di panggil SMANSA ini.

“Pak, kan bapak udah tau saya punya SIM...” jawab Kenny, dengan tatapan memohon.

“Ga bisa! Mana, kasih liat SIM-nya!”

“Ugh, ribet amat udah tau juga. Nih, pak.” SIM berfotokan Kenny diperlihatkan. Dan dia boleh masuk.

Ia langsung melesat, mengambil tempat parkir strategis. Helm INK Maroon Red-nya ia bawa. Tak mau ambil risiko merelakannya dicuri orang lain. Itu Helm Favoritnya, yang terkumpul dari uang saku yang ia sisakan sepanjang liburan.

            Ia sekarang meggiring tubuhnya dengan semangat Rambo, menuju kelas tempatnya bertapa selama satu setengah tahun belakangan  setelah penjurusan akan bertapa di kelas IPA atau IPS. Kelas yang cocok untuknya sebagai orang yang tidak berguna. Langkahnya dipercepat. Ia melintasi pintu resepsionis, sekilas melirik papan bertuliskan:

Teachers and Visitors Only

Mood-nya berubah. Sedikit terusik dengan keberadaan papan itu. Tapi dia lebih memilih bergegas dari tempat itu. Kembali ke tujuan utama, Rumah Kedua.

Hari Senin, rutin di seluruh sekolah di Inonesia mengadakan Upacara. Begitu juga SMANSA.  Jadi, hari Senin wajib upacara. Makin dipercepat langkahnya, setengah berlari sambil menggenggam kait Helm-nya, agar tak terlambat bersiap diri untuk Upacara Bendera. Ia kembali melewati gerbang masuk sekaligus tempat pengecekan kendaraan bermotor tadi.

Dari situ, lapangan basket serta kantin dapat terlihat jelas. Kolam ikan pun terlihat di bawah pohon mangga yang sedikit besar, yang juga di sebelahnya terdapat pohon beringin rindang bertugu. Tempat yang masih belum banyak ter-renovasi hanyalah tempat-tempat itu. Tapi itulah yang menyenangkan, dari bersantai di tempat-tempat tersebut di jam-jam yang kosong serta waktu istirahat.

Semakin banyak siswa yang datang, motor-motor di depan pos pemeriksaan semakin mengantri. Suara klakson tan-tin-tan-tin merobek telinga, yang sedari tadi penuh berbagai suara kendaraan bermotor serta bla dan bla pembicaraan orang. Makin pusing dia. Padahal masih pagi, tapi ingin rasanya ia cepat pulang.

“Happy Birthday!” Semua anggota keluarga 12 IPA 5 sudah berkumpul rupanya. Kenny terperanjat ke belakang. Kaget. Menerima surprise yang seharusnya tidak pernah diterima oleh orang tak berguna seperti dirinya.

Kue ulang tahun kecil­, mungil, sweet moccacino berlilinkan angka 17 terlihat begitu manis. Kualitas seperti itu pastilah kualitas Famansa Cakes, tempat membeli macam-macam tart cake berkualitas dan nikmat, serta dapat menikmati pemandangan yang dapat memanjakan indera penglihatan kaum Adam. SPG-nya yang cantik dan memakai thight uniform warna putih, plus rok di atas lutut. Sama ketatnya.

“Guys...kenapa harus surprise? Gua kan bukan apa-apanya kalian...gua ga berarti buat kalian...” nada yang tak mungkin bisa dibayangkan oleh keluarganya dan juga Marie keluar dari bibir Kenny. Di dalam kelas, di keluarganya yang kedua, Kenny merupakan pemuda yang lembut. Tapi terkadang, dia tetap gila.

“lu kan ketua geng, so...this just a little surprise from us...” dengan senyum merekah, semua anggota jajaran geng 12 IPA 5 begitu menghargai Kenny, yang telah menjadi Ketua bagi mereka. Tapi itu mungkin hanya motif lain. Kenny yakin, ini cara agar penderitaannya di kelas dianggap impas. Kadang ia tersiksa di tempat itu. Tapi, whatever.
 
sumber : google

Times Promise


     Fri, 11 Mar 2011



“Buruan make a wish, dong...!” seru Shishi, anggota Cheerleaders SMANSA yang hobinya Dance. Rambutnya yang panjang bergelombang se-punggung dan wajahnya yang cantik eksentrik membuatnya dapat langsung terlihat. Berdiri berjingkat, karena tinggi badannya yang kurang dari tinggi badan Lino yang juga besar proporsional. Shishi terlihat di dekat papan tulis.

Kenny melangkah mendekti kue ulang tahunnya, yang mungil, memejamkan mata dan berharap. Membuat harapan dari umurnya yang menginjak masa-masa manis. Sweet Seventeen.

Semoga hubungan gua sama Marie bisa balik lagi kayak pertama gua ketemu.

Kenny membuka kembali matanya. Memandang kue itu lekat-lekat. Lilin berangka 17 tengh meleleh perlahan, menjadi cair karena api mungil yang berpijar di sumbunya. Kenny meniup api yang berpijar pada lilin, kemudian tepukan tangan riuh membangunkan dirinya dari keheningan sesaat. Mereka yang berbahagia karenanya bergegas menghampiri Kenny, menyalaminya dan berikan ucapan selamat.

Morning sunshine in our room

Now that room is back ini tune

Autumn start this day with a smile

And laugh at my beautiful love one

Who’s laying besides me

            You so far away in your sleep

            Who can tellwhat dream you may dream

            You dont know that i was drawing

            With my finger on my sweet young face

Vague as a meaning words

You make my world so colorful

I never had it so good

My love i thank you for all the love

You gave to me

You make my world so colorful

I never had it so good

My love i thank you for all the love

You gave to me

You Make My World So Colorful mengalun lembut dari atas ruangan. Suara itu berasal dari speaker yang terdapat di setiap kelas. Tepatnya di sebelah proyektor. Lagu dari Daniel Sahuleka ini begitu lembut. Menghiasi setiap senyum, canda dan tawa pagi itu. Mereka berbagi suka di dalam ruang kelas, tempat mereka menyatukan hati mereka, dalam kurun waktu dua tahun bersama. Kisah mereka di sekolah ini mungkin akan terhenti. Tapi itu tak menutup hati mereka. Untuk selalu mengenang saat ini. Di kelas ini. Dengan gorden peach orange membuat cahaya lampu pijar menguning, menambah suasana kelas menjadi hangat.

Foto mereka saat bersama, tergantung di dinding, sebelah meja guru. Bersanding dengan kalendar dan peta Kabupaten Karawang. Meja guru, berwarna coklat dan vas bunga mungil indah ikut menghiasi ruangan. Juga lemari kaca. Di dalamnya berisi miniatur kura-kura hijau. Semua, baik furniture maupun anggota keluarga kedua, menghabiskan sepanjang waktu, sebelum upacara pagi itu, dengan canda, dengan tawa, suka cita, dan kebahagiaan yang sangat. Sangat akan dirindukan.

Pelajaran Kimia, favorit kelas mereka. Mereka telah siap menelan segala yang akan seorang nenek berikan. Nenek yang merupakan guru paling berarti seantero SMANSA. Bahasanya yang gaul, namun tegas dan lucu membuatnya menjadi teladan bagi setiap siswa. Guru. Sedikit kasar mungkin. Tapi efektif. Selain itu, guru yang dipanggil Oma Ira ini punya pendirian yang kuat, dan berpandangan luas. Walaupun sedikit egois, namun tak jadi soal. Semua menghormatinya. Dia telah membuka pintu yang terletak di timur laut tempat Kenny duduk.

“Assalamualaikum!” seru-nya kepada seluruh makhluk penghuni kelas itu. “kita ada murid pindahan dari Bandung,” tambahnya. “KM jelek! Mana tuh orang jelek?”

“hadir, Bu! Selalu!” jawab Kenny.

“suruh temen sebelah lu pindah. Murid ini pinter. Gua yakin dia bisa ngajarin lu yang payah. Daripada lu duduk ama cowo yang bibirnya harus diberi.” Perintah Oma Ira, sambil menunjukka kepalan tangannya kepada teman Kenny, berbadah tinggi, berbibir ganda. Berlipat tepatnya.

Akhirnya Qariz harus menurut untuk pindah, duduk dengan Dhilan, cowo yang sedari semester satu duduk sendiri. Sebelumnya, total murid 47. Dan kini bertambah satu. Kelas ini kelas IPA termakmur dengan jumlah siswa yang membludak, sepanjang sejarah SMANSA.

“eh, cewe jelek, masuk sini! Bentar lagi gua mau kasih ulangan.” Perintah Oma. Mata Kenny melebar, namun ekspesinya datar. Kenny sudah mengenalnya, jauh sebelum ruangan itu menjadi riuh karena kedatangan Marie, yang menjadi sang murid pindahan.

Senyum Marie merekah. Terdengar bla dan bla sana-sini mengenai Marie, entah dia berasal dari Bandung, entah dia cantik, semampai, bidadari pribumi, dan macam-macam chit-chat anak SMA seputar hebatnya semua kaum Hawa yang berasal dari Bandung. Terutama anak laki-laki. De javu. Pemandangan ini terulang, sama seperti dulu.

“hai, nama saya Marie. Saya dari SMA 17 Bandung. Seneng bisa kenal sama kalian.” Perkenalan Marie ternyata hanya cukup sampai di situ. Wajah Oma kini berubah sedikit tak sabar menyiksa Kenny dan semua anak buahnya dengan beberapa amunisi yang sudah nenek itu siapkan.

“Enough! That’s enough! Gua mau ulangan, jadi langsung sana lu duduk sama KM bego di ujung sana. Cepet!” bentak Oma Ira. Marie langsung terbirit-birit. Bukannya muram dibentak oleh Oma, tapi ia senang bisa duduk dengan Kenny.  Seisi kelas­--kecuali Kenny-- bersuit-suit kepada Marie, namun Marie tak peduli. Dia lebih peduli tentang hatinya yang begitu senang duduk di sebelah Kenny.

Bel istirahat telah berteriak sejak lima menit lalu. Kenny duduk di anak tangga, tangga sebelah kelasnya. Tangga untuk naik ke lantai atas, tempat anak kelas sepuluh. Marie berjalan perlahan, menuju Kenny yang sedang tertunduk, agar Kenny tidak menyadari kedatangan dirinya. Tapi itu sia-sia baru beberapa langkah Kenny sudah menyadari Marie yang sedang menuju tempatnya sekarang.


“Kenapa kamu milih kelas aku?” tanya Kenny. Nadanya datar, kepalanya pun masih tertunduk. Ia mengetahui itu Marie dari parfum yang Marie pakai. Karena kemarin pagi pun Marie memakainya, saat mereka bertengkar. “masih banyak kan kelas lain yang ga sepenuh kelas aku?”

“Ternyata kamu KM ya...aku ga nyangka kamu bisa jadi seorang panutan kelas.”

“Itu ga ngejawab pertanyaan aku, Marie Santiago.” Kenny mulai gerah dengan segala yang Marie berikan hari ini. Tapi Marie sudah terbiasa. Wajah Marie masih secerah tadi.

“Dan kamu ternyata baik, sama seprti tujuh tahun lalu, dan perhatian. Ga seperti di keluargamu, kepada kakakmu. Dan sikap kamu ke aku juga kemarin.” lanjut Marie seolah tak perduli dengan pertanyaan Kenny. Kenny bangun dari tempatnya. Wajahnya datar, selalu seperti itu untuk Marie.

“itu bukan urusan kamu. Kamu ga bakal kenal aku kayak dulu lagi, dan aku juga udah ga mau tau apa aja tentang kamu. Udah 5 tahun, dan semuanya udah berubah. Dan aku udah ga peduli sama semuanya sekarang.”

“oh ya?” tantang Marie.

“ya.” Jawab Kenny mantap.

“lalu, kenapa kalung yang aku kasih ke kamu 7 tahun lalu masih kamu pake?” tanya Marie, merasa menang.

“kamu mau minta ini balik?” Kenny melepaskan kalungnya, kalung manik-manik yang dibuat sekenanya, dan sudah hampir putus. Mungkin karena talinya yang terbuat dari benang wool yang digunakan untuk merajut sudah habis masa layaknya. Di kalung itu dipasang bandul tengkorak hitam mungil. Sudah keropos, sedikit memudar warna hitamnya.

“ga usah, itu udah jadi milik kamu dari 7 tahun lalu.” Marie masih tersenyum. “aku mau ngasih ini, kalo kamu masih ngehargain cewe, kamu terima ini ya.” Marie memberikan sebuah kotak mungil dark chocolate berpita bright gold. Kenny menerimanya, hanya untuk menghargai pemberian seorang wanita. “happy sweetseventeen...” tambah Marie, tersenyum dan berbalik, yang kemudian melangkah menuju kelas. Kenny hanya tertegun sepanjang saat itu.

“Ken, dari siapa tuh?” Kenny masih terdiam, membeku dengan pandangan yang melekat pada kotak pemberian Marie. Padahal dari tadi Lino menanyainya. Sudah berulang kali malah. Tapi tetap saja Kenny seolah sudah tidak memiliki lagi jiwa dalam jasadnya. “woy!”

Setelah tangan Lino menepuk kening Kenny, barulah ia tersadar, tengah makan di tempat makan di tempat makanan siap saji bersama 3 orang temannya, 3 idiot SMANSA. Makanan yang ia pesan masih belum tersentuh, padahal makanan itu sudah berdiam di tempatnya, tepat di depan wajah Kenny sejak sepuluh menit lalu.

“ups, sorry. Apaan, No?” tanya Kenny, rasanya seperti dibangunkan dari mimpi panjang. Dia memandang ketiga temannya, yang sekarang, berwajah khawatir. Bertanya-tanya ada apa dengan bocah yang baru akil balig itu.

“lu kenapa sih, Ken?” Lino mulai angkat bicara lagi. Laki-laki bertubuh besar dan tingginya yang melebihi Kenny empat sentimeter inikhawatir dengan sikap temannya yang tidak biasa ini. Pipinya yang sedikit chubby dan hidungnya yang juga sedikit besar, menjadi tak karuan dengan mimikny yang sekarang. Namun dia yang paling punya aura percaya diri diantara mereka berempat. “terus, itu dari siapa?” tambahnya.

“gua...gua aneh ya?” Kenny balik meminta pendapat.

“banget. Gua aja bingung di depan gua sekarang Kenny apa bukan.” Kali ini bukan Lino yang berkomentar, namun Dagri. Saat kelas sepuluh, Dagri memang lebih tinggi dari Kenny. Namun Kenny lebih tinggi beberapa senti darinya sekarang.

“gua...gua Cuma lagi galau, cuy..” jawab Kenny sekenanya, sambil tersenyum yang dipaksakan.

Perhatian kepada seluruh pengunjung Mal Karawang, bagi yang bernama Kenny Deranjaro Porta, dari SMA Negeri 1 Karawang, diharapkan menuju Zone2000. Keluarga sedang menunggu. Silahkan kembali pada kegiatan anda kembali, terima kasih.

Kenny terlonjak dari tempat duduknya. Apalagi yang akan ia dapat hari ini? Begitu banyak hal yang terjadi hanya dalam waktu beberapa jam.

“Ken, nama lu disebut tuh!” Mirham setengah berteriak. Girang sekali Mirham, anggota terakhir 3 Idiot SMANSA. Panggilannya Shrek karena badannya yang tinggi besar juga sedikit gelap. Namun wajahnya eksentrik.

“apaan lagi coba yang gua bakal dapet hari ini?” gerutu Kenny, meratapi dirinya, yang sudah kenyang dengan segala surprise yang ia dapat hari ini.

“mau kita temenin ga?” tawaran itu diajukan oleh Lino.

“boleh, langsung aja yuk! Gua udah males lama-lama keluyuran. Nanti gua tambah sial lagi kalo lama-lama di luar rumah.”

Mereka berempat telah beranjak, meninggalkan tempat mereka, melewati sebuah pintu kaca, yang disebelahnya berdiri patung kakek tua bertongkat dan sudah ubanan memakai jas putih sedang tersenyum ke segala arah.

Tinggal menaiki satu buah eskalator lagi, Zone2000. Kenapa harus tempat itu? Entahlah, Kenny pun merasa tersentil. Tiga orang temannya mengikuti, berharap-harap cemas sesuatu yang buruk akan terciprat pada diri mereka. Sudah di tangga terakhir sebelum sampai tujuan. Namun sekilas dalam otaknya, Kenny merasakan sesuatu yang buruk.  Melesat begitu saja, perasaan yang makin memuncak, sadar akan ada bahaya. Ia membalikan badannya, berteriak pada ketiga temannya.

“guys! Lu pada harus pergi! Gua punya firasat engga enak!”

“emang kenapa?” Shrek ikut-ikutan berteriak. Semua pandangan tajam mengarah pada keempat orang itu. Merasa terganggu dengan kegaduhan tersebut mungkin.

“gua ga tau, mending kalian tunggu di bawah aja deh! Buruan balik turun sekarang!” Mengejar waktu yang semakin memburu, Kenny melesat menaiki tangga eskalator yang tengah berjalan, bergegas sebelum firasatnya benar-benar terjadi. Sedangkan ketiga temannya pun berbalik dan melesat melawan arah tangga eskalator, untuk menuruninya.

Sampai. Zone2000 sudah terlihat. Kenny, melihat mahluk venus yang cantik sedang berdiri, menunggu kedatangan seorang Kenny yang begitu membenci dirinya. Mungkin, memang sudah saatnya Kenny memperbaiki seluruh hubungan buruknya, semua yang sudah ia telan 5 tahun ini, untuk bersikap baik, dan memujanya seperti dulu.

Pandangan mereka bertemu. Kini, Kenny memaksakan bibirnya untuk sedikit merekah. Wajahnya yang biasa datar untuk diri Marie Santiago, akan ia rubah sejak sekarang. Dan tugas pertama yang akan ia laksanakan, meminta maaf pada wanita manis itu. Marie tak menyangka wajah itu akan bersinar lagi kepadanya.  Ia pun memberikan senyuman termanis yang pernah ia miliki. Wajahnya merah merona kini.

Marie dapat melihat kotak pemberiannya tergenggam oleh tangan kokoh Kenny, di sebelah kanan. Ia senang, dan menyadari mungkin Kenny akan menerimanya lagi, seperti sebelum saat itu. Muncul lagi, ketegangan yang sangat kentara. Sesuatu yang buruk tengah memburunya.

Bersama dentuman yang dahsyat ia merasakan dirinya terhempas menjauhi Marie. Kepulan asap melesat dengan cepat, menutupi seluruh permukaan lantai 2 itu. Tak terlihat apa-apa lagi disana, hanya kepulan asap yang menutupi segala sesuatunya yang mungkin saja hancur.

Seluruh tubuhnya terasa remuk dan panas. Kenny tak dapat berbuat apa-apa, walaupun itu hanya menjentikan seujung jarinya. Udara berpasir menghalangi pandangannya. Tubuhnya mengeluarkan banyak darah, ia tahu itu. Saat dirinya terhempas, ia menubruk-nubruk benda padat yang entah apakah itu. Ia tergeletak tak berdaya bersama orang-orang yang sudah tak memiliki jiwa.

Dari hidung, telinga, dan kepalanya yang terbentur keras mengalir darah segar yang hangat. Kesadarannya semakin memudar. Namun ia teringat gadis cantik yang menunggunya. Marie. Bagaimana keadaannya saat ini, Kenny tak tahu. Dia berdoa pada Tuhan;

Tuhan, aku belum minta maaf pada Marie. Aku ingin dia tahu, aku memang bener-bener cinta sama dia, walau belakangan ini sikapku kasar. Sungguh, aku ingin waktu memperbaikinya, melalui apapun yang bisa membantu waktu memperbaikinya. Mungkin waktuku sampai disini. Terima kasih Tuhan, kau telah menciptakan waktu, yang walaupun begitu kejam, telah mempertemukanku dengannya 5 tahun silam. Kumohon, kepada waktu untuk memperbaiki segalanya.

Kenny sudah tak sadarkan diri. Tergeletak bersama darahnya yang masih mengalir. Bersama segala sesuatu yang telah hancur karena ledakan bom bunuh diri. Lantai 2 Mal Karawang hancur total. Tak lama, 3 orang temannya berteriak histeris. Suara ketiganya menyayat setiap telinga yang mendengarnya. Tapi Kenny tak mendengarnya. Jiwanya sedang berkelana, dan sang waktu menemaninya.

∞∞∞

Tahun 2004 sudah menginjak masa tengahnya. Bulan Mei yang hangat baru saja menyambut Kenny, yang kini sedang melangkah memasuki kelas. Semuanya riuh. Hilir mudik bocah-bocah kelas 5 SD dalam kelasnya, berlarian dan berseru-seru dengan kentara. kegaduhan Pasar ikan pun kalah oleh paduan suara berbagai jenis bocah yang rata-rata berumur sepuluh hingga sebelas tahun itu.

Lonceng berteriak, tanda dimulainya waktu untuk memperoleh berbagai ilmu baru. Ibu guru setengah baya itu masuk, menggenggam pergelangan tangan seorang gadis kecil yang manis, di tangan kanannya. Sedangkan tangan satunya menenteng sebuah tas Sophie Martin hitam pudar yang mengembang, mungkin akibat isinya yang membludak.

∞∞∞

“anak-anak, kalian dapat teman baru. Dia dari Bandung” jelas Bu guru.

“Bu, pelajaran Kesenian sekarang kan?” tanya Kenny.

“kaga, tahun depan! Hahahahahaha...” suara tawa menabrak-nabrak dinding kelas yang kini bergetar karena kegaduhan.

“hai, nama aku Marie. Marie Santiago.” jelas gadis manis itu.

“siapa yang mau duduk sama-sama Marie?” tanya bu guru menggugah semangat. Seluruh anak laki-laki mngangkat jari telunjuk mereka tinggi-tinggi. Tak mau kalah, beberapa anak menaiki kursi mereka sambil tetap mengangkat jari. Hanya Kenny yang tidak tertarik. Dia lebih suka mencorat-coret halaman bukunya yang paling belakan, serta sesekali  memandang ke luar kelas.

“kamu duduk sama Kenny, ya. Yang di sana tuh. Dia lagi bengong melihat ke arah pintu. Ya?” pinta bu guru pada Marie, yang memang sedari tadi mengagumi Kenny. Ketika orang lain menginginkan gadis mungil itu untuk duduk dengannya, Marie melihatnya yang tak begitu peduli. Membuatnya berfikir Kenny itu spesial.

“ya, Bu.” Marie mengangguk, kemudian tersenyum pada wanita pekerja keras itu. Kerutan di wajahnya terlihat, membuatnya terlihat sangat lelah dalam menjalani kewajibannya. Namun senyum wanita tua itu hangat, penuh kasih sayang.

Marie bergegas menuju tempat Kenny, tempat yang akan menjadi tempatnya pula untuk beberapa bulan kedepan. Sebelum dia kembali ke Bandung lagi, bersama ayahnya yang kini sedang mengurus proses perceraian. Ia ke Karawang karenya pesan kedua orang tuanya, memintanya tinggal dengan tantenya agar kedua orang tuanya bisa menyelesaikan peekerjaan rumah tangga mereka. Marie tak pernah tahu kalau orang tuanya akan bercerai. Yang ia tahu, orang tuanya kurang rukun.

“hai, aku Marie.” suara lembutnya mengaketkan lamunan Kenny. Kenny spontan, dengan cepat menolehkan wajahnya ke belakang. Wajah mereka hampir bertabrakan. Hanya berjarak 2 senti sekarang. Seluruh wajah menghadap mereka berdua, seluruh siswa, baik perempuan maupun laki-laki bersuit-suit, kembali menciptakan kegaduhan sesaat.


Selama dua bulan mereka sudah saling mengenal dengan baik satu sama lain. Sangat baik. Mengetahui makanan favorit, tempat impian, lagu, buku cerita, film favorit mereka. Kenny lebih bersemangat untuk bersekolah sejak itu. Marie yang begitu baik dan pengertian membuatnya berubah dari sifatnya yang pendiam, muram dan sukar berkomunikasi dengan orang lain. Semua temannya pun kini tidak sungkan dan mengurangi ejekan mereka pada Kenny, karena mereka sudah mengetahui bahwa Kenny ternyata sangat baik.

Mereka berdua duduk di bawah pohon jambu air besar yang rindang, dimana banyak sepeda berjejer tak beraturan menemani mereka.  Marie mengajak Kenny berfoto dengan kamera Handphone Nokia 6600-nya. Mereka berfoto. Manis sekali hasil potretan itu.
 
sumber : google

Times Promise


     Fri, 11 Mar 2011


“Ken, kamu baik banget ke aku dua bulan ini.” Katanya lembut. Kini Marie memberanikan diri meletakkan kepalanya yang indah di bahu Kenny. Kenny risih untuk kali pertama, namun dia senang.
“aku baik buat kamu, karena kamu udah berusaha bikin aku buka pikiran.” Jelas Kenny.
“Ken, aku ga mau pulang ke Bandung lagi...”Marie mengatakan hal itu dengan sedikit bergetar.
“tapi kamu harus. Kan kamu kangen ama orang tua kamu.” Bujuk Kenny
“biarin! Mereka aja yang datang ke karawang, aku udah seneng disini.” Marie masih ngeyel dan tetap dengan keinginannya, untuk tinggal di Karawang. Kenny larut dalam keheningan sesaat. Membiarkan burung-burung yang ber­migrasi melambai pada dirinya dan gadis di sebelahnya.
“Marie, kamu mau engga jadi pacar aku?” kata-kata ajaib itu melesat begitu saja dari bibir Kenny, menuju syaraf-syaraf otak Marie. membuat Marie berdebar keras.
“mau.” Mereka membiarkan waktu yang telah memberikan mereka banyak kesempatan bersama, berjalan lambat. Membuat mereka akan terus mengingat saat ini.
Marie memasuki rumah tantenya. Kawasan perumahan Resinda sepi saat itu. Setelah memasuki pintu depan, dia melihat ayahnya yang sedang duduk sambil meminum secangkir Latte. Ayahnya menyadari kehadiran Marie, dan berjalan ke arahnya.
“ayah, ibu mana?”tanya Marie polos.
“ayah...ayah pisah sama ibu kamu. Ayah cerai.” jawab ayahnya.
“ayah...pisah?” ulang Marie tak percaya.
“iya, ayah pisah sama ibu kamu, sayang.” Yakin ayahnya.
“kalo Marie mau ketemu ibu gimana, Ya? kenapa ngedadak, sih? Ayah bohong ama Marie, katanya ngurusin kerjaan, tapi ko...”Marie berhenti. Untuk seusianya, dia terlalu banyak tahu persoalan rumah tangga. Ibu dan ayahnya terlalu sering menggunakan kata cerai dalam percekcokan mereka. Marie pernah menanyakan kata cerai tersebut kepada gurunya di Bandung sebelum pindah ke Karawang. Juga pernah bertanya pada ibunya. Dan ia jadi tahu satu hal. Kata cerai sudah terjadi dalam kehidupannya.
Kini dia berlari ke kamarnya. Membuka pintu dan membantingnya sekuat yang ia mampu. Menumpahkan rasa kesalnya yang semakin mengental. Dia membuka handphone-nya. Wajahnya dan Kenny yang manis menjadi wallpaper telepon genggamnya. Dia memburu barisan contact list, mencari nama Kenny dalam daftar itu. Ia tekan tombol penghubung, namun telepon genggam Kenny sedang tidak aktif.
Tubuh dan pikiran mungilnya tak mungkin sanggup menerima hal sebesar ini. Namun nyatanya, sekarang ia sudah menyadari bahwa ini bukan kesalahan kedua orang tuanya. Ini mungkin kesepakatan ibu dan ayahnya, yang mau tak mau harus ia ikuti. Dia tak mau membuat keduanya makin sedih sekarang. Biarlah dirinya berpura-pura untuk tegar sesaat.

Marie bangkit, menyeka air matanya. Ia meyeret tubuhnya meninggalkan ruangan itu, perlahan menyusuri tangga. Menuruninya dengan langkah yang perlahan, satu tangga, dua tangga, hingga tepat di belakang ayahnya. Ayahnya, yang juga tertunduk, bergetar tak kuasa menahan semuanya. Ia baru melihat ayahnya, yang ia puja sebagai pohon beringin yang kokoh dan kuat, harus tumbang. Harus ia hibur.

“ayah...” suara merdu itu membangunkan ayahnya, mengangkat kepala ayahnya yang tertunduk. Ayahnya bangkit dan menyesuaikan untuk berdiri di depan Marie. mata ayahnya yang bening merah terinjak air mata yang memaksa keluar dari bendungan matanya. Wajahnya merana. “ayah jangan nangis, Yah...” bujuk Marie.

“kamu juga, sayang. Jangan marah sama ayah, ya...ayah udah ga bisa sama ibu kamu yang terlalu menekan ayah.” Jelasnya.

“walaupun marie engga ngerti, tapi engga apa-apa, Yah. Marie engga mau ayah sedih.” Senyum Marie mengembang, membuat ayahnya memeluk erat sang anak dengan penuh rasa bersalah.

“maafin ayah, Marie...Maafin ayah...”isakan ayahnya membuat Marie, mau tak mau larut dalam kesedihan. Mereka berdua butuh waktu untuk mengeluarkan kesedihan mereka tanpa gangguan. Dan berharap semuanya tidak menjadi lebih buruk.

Burung hantu beruhu-uhu menemani malam Marie yang aneh. Seperti perasaannya. Yang tak akan pernah sama semenjak saat itu. Yang tak akan pernah lagi merasakan kecupan hangat ibu, dekapan sayang ibu, belaian sang bidadari hidupnya.

Ayahnya masuk tanpa mengetuk pintu. Wajah ayahnya yang sekarang sedikit berseri membuat Marie tenang.dia memperbaiki posisi duduknya di kasur empuknya.

Tembok peach terang itu serasi dengan segala benda berbahan kayu yang tertata rapi. Setiap sudut terdapat pot ramping berbunga mulai dari lily, ornamen sakura, dan dandelion.

Ayahnya duduk di samping putri tercinta. Berharap permintaannya kali ini akan dipenuhi buah hatinya yang cerdas dan penurut.

“Marie, ayah boleh minta tolong ga?” pinta ayahnya kini.

“boleh, Yah. Apapun buat ayah seneng aku lakuin.” Senyumnya membuat sang ayah merasa sedikit keterlaluan untuk meminta hal ini.

“ayah...rekan kerja ayah punya anak seumuran kamu, laki-laki. Dia suka sama kamu. Teman kamu dulu, Arighilan. Ayah... mau kamu deket sama dia...” trhenti sejenak. Sang Ayah tahu anaknya akan bertanya.

“kenapa harus, Yah?” tanya Marie gusar. Ia sudah jadi milik Kenny sekarang. Tak mungkin untuk memboongi keduanya, Kenny maupun Arighilan.

“maafin ayah, ayah ga bisa apa-apa...dia pingin anaknya dijodohkan dengan kamu. Kalau tidak, usaha ayah terancam...”

“bangkrut?” Marie berhasil menemukan titik akhir klimat ayahnya. “bener gitu, Yah?” tanyanya lagi.

“iya.” Hanya itu yang dapat Ayahnya katakan. Dan tertunduk, begitu lemah dirinya terhadap segala persoalan yang ia pikul sendiri. Saatnya Marie berbagi suka dan duka ayahnya. Tapi bagaimana ia harus katakan pada Kenny?

“aku ngerti, yah...” Marie memeluk ayahnya.

Saat istirahat bagi anak-anak kelas 5 SD Sirnabaya 3. Handphone Marie bergetar sedari tadi. Tenyata layar menampilkan huruf-huruf yang terangkai menjadi sebuah nama, Arighilan. Marie menerima teleponnya.

“halo?” suara di seberang sana terdengar jelas. dan tak salah lagi, itu memang suara Arighilan.

“ya, halo.” Balas Marie sekenanya.

“kamu ke pintu gerbang dulu, dong.” Pinta Arighilan dari seberang sana.

“yaudah, aku kesana.” Ditutuplah pembicaraan tersebut. Marie melihat sekitarnya, tak ada Kenny. Jangan sampai Knny tahu dulu kalau ada anak laki-laki lain yang juga menyukainya. Masalah ayahnya pun akan ia ceritakan, namun nanti saja, saat Arighilan sudah pulang.

Marie sudah tidak asing dengan wajah itu, wajah tampan dan necis milik Arighilan Raofax Maul, yang sekarang berdiri bersandar pada mobil Jaguar merah miliknya. Pakaian mewah bermerek pun membalut tubuhnya yang berkulit putih bersih. Berbeda dengan Kenny yang memiliki kulit sawo matang, dan berpenampilan sederhana.

“hai... udah lama ga ketemu, kamu tambah cantik.” Gombal Arighilan. Senyumannya memang memikat, namun itu tidak berarti Marie akan terpesona.

“makasih, Lan.” Mari tersenyum, terpaksa. Untuk menyenangkan Arighilan. “kapan kamu dateng?” tanyanya kemudian.

“tadi pagi. Aku di telepon ayah kamu. Katanya kamu kangen sama aku. Ya udah, aku ke sini.” Jelasnya semangat. Dia sangat menyukai Marie sejak kelas satu Sekolah Dasar. “Marie, kamu suka aku ga sih?” tanyanya tiba-tiba.

“...”

“aku udah suka kamu dari dulu, Marie Santiago.” Jelasnya. “tapi kamu ga pernah ngerespon, kamu malu bilangnya, ya? malu karena kamu juga suka aku kan?” Arighilan begitu percaya diri menanyakan semua hal yang mustahil Marie rasakan itu.

“kamu mau kan jadi pacar aku?” Marie kaget. Matanya terbelalak, tak percaya. Begitu cepat Arighilan mengutarakan semuanya. Memintanya menjadi kekasihnya. Marie tahu Arighilan memang menyukainya, tapi kenapa begitu cepat, pikirnya.

“aku...mau.” kata Marie pelan. Hatinya sakit. Harus berbohong pada semua orang kini. Terutama pada Kenny. Kepolosan Arighilan membuatnya berani untuk mengecup pipi Marie. Wajah Marrie memerah malu.

“kamu mau jadi pacar dia, ya?” suara datar itu menembus hati Marie. dia yakin kemarahan Kenny akan menerkamnya.

“Kenny...aku...”

“udah lah, aku denger dari kalian awal ketemu tadi. Kamu Cuma cewe gampangan. Aku kira kamu ga gampang suka sama orang. Eh, malah kamu mau jadi pacar orang juga.” Kenny sekarang melirik tajam ke arah Arighilan, anak laki-laki necis saingannya. Dan kembali memandang Marie.

“pantes sih, dia orang kaya tampan pula. Terserah kamu deh sekarang. Lagian cewe gampangan bukan tipe aku.” Marie meneteskan air matanya. Yang kni air mata itu mulai meledak menembus dinding itu lagi, tumpah, deras. Ternyata penderitaannya masih tak cukup.pernyataan Kenny barusan membuat Marie hancur. Namun Marie tak bisa menyalahkan Kenny. Ini pasti terjadi. Sudah menjadi bayaran yang akan Marie bayar untuk pengorbanan pada ayahnya.

“Marie memang ga pantes buat lu! Lu Cuma cowo kampungan yang ga tau diri. Udah ga tau diri pilih-pilih lagi!” bentak Arighilan.

“oh ya?”tantang Kenny.

“ya! Dan masih mending Marie mau nerima lu jadi cowonya. Beruntung untuk dapet sedikit pengkuan kecil Marie.” sengit anak laki-laki necis yang kini telah berdiri di sampir Marie. Marie masih trdiam, dan air matanya terus mengalir.

“yaudah. Marie, kita putus. Gua memang ga pantes buat lu. Gua harap lu seneng ama dia.” Marie baru pertama kali menerima kata panggilan lu dan gua dari Kenny. Kenny berbalik dan berjalan perlahan, menjauhi Marie.

Marie berlari menuju kelas, tanpa berkata apapun saat melewati Kenny yang melangkah perlahan. Menyambar tasnya dan kembali berlari menuju Arighilan.

“ayo kita pulang, Lan.”

Sore itu, Bel berteriak memanggil penghuni salah satu rumah di kawasan Resinda . Marie membuka pintu, Shimon sudah di hadapannya setelah pintu terbuka. Masih dengan seragam SMP lengkap, Shimon melangkah masuk rumah tante Marie.

Marie menceritakan semuanya, kepada kakak Kenny itu. Shimon tidak mengerti, anak perempuan, seusia Marie melakukan sesuatu yang mungkin dirinya pun tak sanggup. Tapi Shimon telah bersumpah tak akan mengatakannya, sedikit pun pada Kenny.

∞∞∞

Kenny sangat kecewa dengan Marie. Hatinya hancur saat mengingat kejadian tadi. Ia membuka tas-nya. Terdapat sebuah kotak mungil dark chocolate berpita bright gold tertidur di tasnya, tertindih beberapa buku. Dibukanya. kalung manik-manik yang dibuat sekenanya, talinya terbuat dari benang wool yang biasa digunakan untuk merajut, dan memiliki bandul tengkorak kecil berwarna hitam.

Ia membantingnya ke lantai, hingga bunyi tengkorak hitam itu melengking. Ia memungutnya kembali, dan memakainya. Ia tahu Marie bukan orang seperti itu. Seharusnya ia tanyakan dulu alasannya. Dia memang bodoh. Dia menangis, menggenggam kotak pemberian Marie.

Esoknya Marie tidak masuk sekolah. Tadinya, ingin dia meminta maaf. Namun ternyata waktu telah memilih melerai mereka disini.

“anak-anak, teman kalian Marie hari ini sudah pndah sekolah. Dia kembali lagi ke Bandung.” Kata bu guru kepada semua anak. Seisi kelas riuh dengan berbagai ­“Aaah”dan keluhan.

∞∞∞

“hai, nama saya Marie Sentago. Saya dari SMA 17 Bandung. Seneng bisa kenal sama kalian.” Seorang gadis manis memperkenalkan dirinya di tahun ajaran baru SMAN 1 Karawang. Semua siswa laki-laki bersuit-suit . Namun hanya satu orang yang tidak terlihat tertarik. Dia duduk di ujung dari tempat gadis itu berdiri. Rasanya seperti De javu.

“baiklah, Marie. silahkan duduk dengan KM di sana.” Tunjuk sang guru ke arah siswa laki-lakiyang tidak antusias terhadap diri anak pindahan cantik itu. Marie melangkah bahagia ke arah teman sebangkunya, yang belum ia kenal. Ia begitu bahagia, tak tahu kenapa walaupun ia belum kenal.

“hai, nama aku Marie. Nama kamu siapa?” tanya Marie di selah-selah pelajaran.

“Kenny. Kenny Daezhalto Porta. Marie? kayaknya familiar...” jawab siswa laki-laki itu, sekenanya. Seperti biasa, nadanya datar. Persis kakeknya orang tuanya bilang.

“ iya, kayak yang familiar.”

“sekian pelajaran kali ini, kapan kita ketemu lagi?” perempuan paruh baya yang rapuh itu, bertanya kepada seluruh siswa, yang sedari tadi sibuk menggoreskan batangan berwarna hitam diatas lembaran kertas.

“Rabu, Bu....” jawab mereka serempak, tanpa perlu dipandu lambaian tangan seorang musisi.

“ya sudah, sampai ketemu lagi.” Ia berjalan, menyeret tubuh besarnya yang penuh kerutan. Guru senior itu telah melangkah di luar pintu kelas, saat bel melengking berteriak merobek telinga insan-insan yang berperut kosong.

“Ken, ke kantin yuk!” ajak Marie.

“apa yang bikin kamu yakin kalo aku mau ikut?” tanyanya singkat. Masih datar seperti biasa. Kenny tak yakin kenapa ia bisa bersikap tak layak, padahal sebagai orang yang ceria dan hangat saat di sekolah, dia tak mungkin mengeluarkan sifat buruknya itu. ia hanya melakukan apa yang ia rasa saat ini. Rasanya ia kenal, dan pernah disakiti. Tapi sifat itu memang ada dalam dirinya sejak dulu. Tapi sekarang telah terkikis, karena lingkungannya yang hangat. Dirinya bingung, kenapa harus kembali lagi sifat itu. kepada seorang gadis cantik khususnya.

“karena rasanya kita saling kenal.” Jawabnya. Marie tersenyum manis. Wajahnya berseri, membuat sifat itu sekarang sedikit terkikis lagi. Wajah mereka bertemu pandang. Sejenak mereka merasakan kehangatan, yang mereka rasa seperti sepasang insan yang lama berpisah.

“ya udah, ayo.” Kenny mengiyakan ajakan Marie. Marie senang sekali. Ia langsung menyambar lengan Kenny, dan menggandengnya. Berjalan dengan nyaman. Walaupun aneh, sensasinya begitu nyaman.

Mereka sampai di kantin. Kantin begitu riuh dan ramai. Berbagai chit-chat di sana-sini bertebaran. Berbagai teriakan pun melengking membentur telinga-telinga yang dipadati berbagai suara, mulai dari teriakan memanggil teman, memesan makanan, hingga menjahili temannya yang sedang asik bersama pasangan.

Kenny menghampiri kios kecil yang memilikilemari pendingin, lalu mengambil satu buah Ultra Milk coklat dan satu buah Ultra Milk Strawberry. Untuk rasa Strawberry ia berikan pada Marie.

“nih. Aku bayarin.” Katanya pada Marie, yang tengah mengambil pemberian Kenny.

“makasih, kamu baik banget. Tapi kok kamu bisa tahu aku mau beli ini? padahal aku belum bilang.” Tanya Marie  heran.

“engga tau, Just my feeling.” Jawab Kenny. Yang sekarang melangkah bersama Marie, mencari tempat agar mereka dapat duduk bersama.

Kenny Deranjaro Porta dan Marie Santiago. Kedua nama tersebut merupakan dua nama dari banyak korban aksi bom bunuh diri di Mal Karawang tahun 2011 silam. Sesudah kejadian, masing-masing keluarga membawa korban ke rumah sakit yang berbeda. Kenny, korban pria dibawa ke Rumah Sakit Bayukarta Karawang. Sedangkan Marie, korban wanita di bawa ke Rumah Sakit Cito Karawang.

Dua korban tersebut yang ternyata masih menginjak bangku SMA, mengalami kehilangan ingatan total. Mengetahui hal tersebut orang tua Marie membawanya pindah kembali ke Bandung agar Marie dapat mendapatkan perawatan yang lebih baik.

Dua insan yang seharusnya kembali dalam ikatan harmoni tersebut tidak beremu lagi sejak saat itu. jiwa-jiwa mereka mengalami kelaparan batin yang sangat hebat. Rindu akan seseorang yang tak diingatnya. Hingga kehidupan mereka tidak lebih bahagia dan memiliki tujuan seperti sebelumnya.


Selama berpuluh-puluh tahun hidup dalam kelaparan batin yang tidak terpenuhi, mereka tiada dengan mewariskan wajah, kelaparan batin, kepada cucu mereka, walau mereka tak akan menyadari bahwa jiwa mereka akan mengulangi masa. Masa dimana waktu akan menepati janjinya, menyatukan kedua jiwa tersebut dalam ikatan yang harmoni kembali

sumber : google